ABSTRAK Yusuf Ridhan Muhammad
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 1 Yusuf Ridhan Muhammad
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 2 Yusuf Ridhan Muhammad
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 3 Yusuf Ridhan Muhammad
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 4 Yusuf Ridhan Muhammad
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 5 Yusuf Ridhan Muhammad
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 6 Yusuf Ridhan Muhammad
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
PUSTAKA Yusuf Ridhan Muhammad
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
LAMPIRAN Yusuf Ridhan Muhammad
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Urbanisasi di Kota Bandung telah memicu fenomena Urban Heat Island (UHI),
yang meningkatkan permintaan energi untuk pendinginan dan menciptakan siklus
umpan balik negatif melalui pelepasan Antrophogenic Heat Flux (AHF) dan emisi
Gas Rumah Kaca. Namun, pemahaman mengenai variasi spasial dari dampak ini
masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah model
kuantitatif terpadu untuk menganalisis dan memetakan sensitivitas permintaan
energi dan produksi emisi terhadap intensitas UHI di berbagai LCZ di Kota
Bandung. Metodologi penelitian mengintegrasikan tiga pendekatan: (1) analisis
geospasial untuk pemetaan LCZ dan UHI menggunakan data satelit Landsat; (2)
Pemodelan Energi Bangunan Perkotaan (UBEM) dengan perangkat lunak City
Energy Analyst (CEA) untuk mensimulasikan permintaan energi pada arketipe
bangunan referensi; dan (3) analisis Geographically Weighted Regression (GWR)
untuk membedah heterogenitas spasial. Hasil analisis menunjukkan korelasi kuat
antara morfologi perkotaan dengan intensitas UHI, di mana LCZ 3 (Compact midrise) teridentifikasi sebagai kontributor utama peningkatan suhu. Model berhasil
mengkuantifikasi "pajak energi" (energy penalty) akibat UHI, dengan demand
energi pendinginan pada bangunan ritel di LCZ 2 menunjukkan sensitivitas
tertinggi, yaitu meningkat sebesar +24.20 kWh/????2/tahun untuk setiap kenaikan
satu unit Z-score UHI. Lebih lanjut, analisis GWR mengungkap heterogenitas
spasial yang signifikan: kerentanan bangunan perumahan tertinggi terjadi di dekat
zona komersial (efek tumpahan panas), sementara sensitivitas bangunan komersial
mencapai puncaknya di koridor urban atau 'urban canyon' yang padat. Sebaliknya,
bangunan industri terbukti hampir tidak merespons UHI eksternal dan berfungsi
sebagai sumber panas utama. Studi ini menghasilkan sebuah kerangka kerja
berbasis bukti yang mendetail untuk mendukung perumusan kebijakan mitigasi
UHI dan perencanaan tata ruang yang lebih terfokus dan efektif di Kota Bandung.
Perpustakaan Digital ITB