digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2016_TS_PP_HENNY_NATALYA_SARI_1-COVERI.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Desa Cibodas merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bandung Barat yang potensial sebagai penghasil sayuran organik, akan tetapi petani sayuran organik di desa tersebut menghadapi beberapa permasalahan pokok yaitu penyempitan lahan garapan, keterbatasan modal, biaya sertifikasi dan perpanjangan yang mahal, dan biaya untuk upah tenaga kerja menjadi lebih tinggi. Dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut, maka petani sayuran organik Desa Cibodas dihadapkan pada kendala keterbatasan sumberdaya yang dapat berpengaruh terhadap pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimalisasi usahatani sayuran organik untuk memaksimalkan pendapatan petani dan menganalisis tingkat keberlanjutan usahatani sayuran organik di Desa Cibodas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Metode pangambilan sampel dilakukan dengan cara sensus dengan jumlah populasi petani yang melakukan usahatani sayuran organik dan telah memiliki Sertifikat Organik adalah sebanyak 10 (sepuluh) orang. Tumpangsari sayuran organik yang diusahakan adalah 10 (sepuluh) jenis, yaitu brokoli-tomat, kubis-tomat, bunga kol-tomat, sawi-tomat, buncis-tomat, brokoli-timun, kubis-timun, bunga kol-timun, sawi-timun, dan buncis-timun. Data dianalisis dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis optimasi melalui pendekatan linear programming dengan bantuan software Microsoft Excel Solver, dan analisis tingkat keberlanjutan usahatani yang ditentukan dengan sistem skoring indikator dari empat aspek yakni ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan. Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan aktual setiap usahatani tumpangsari sayuran organik adalah: (1) brokoli-tomat Rp 23.396.088,-/grp; (2) kubis-tomat Rp 18.660.865,-/grp; (3) bunga kol-tomat Rp 32.954.105,-/grp; (4) sawi-tomat Rp 17.978.344,-/grp; (5) buncis-tomat Rp 18.197.195,-/grp; (6) brokoli-timun Rp 3.670.694,-/grp; (7) kubis-timun Rp 5.284.697,-/grp; (8) bunga kol-timun Rp 3.595.697,-/grp; (9) sawi-timun Rp 4.409.697,-/grp; (10) buncis-timun Rp 4.904.197,-/grp. Berdasarkan analisis optimasi melalui pendekatan linear programming, jenis usahatani tumpangsari sayuran organik yang menghasilkan pendapatan optimal untuk petani adalah: (1) brokoli-tomat; (2) bunga kol-tomat; (3) sawi-tomat; (4) buncis-tomat; (5) brokoli-timun; (6) kubis-timun; dan (7) bunga kol-timun. Sedangkan jenis usahatani tumpangsari kubis-tomat, sawi-timun, dan buncis-timun bukan merupakan solusi optimal. Jumlah modal yang tersisa (cadangan) dapat dimanfaatkan dengan mengalokasikannya untuk penambahan sumberdaya-sumberdaya yang memiliki nilai shadow price. Indeks keberlanjutan usahatani sayuran organik di Desa Cibodas adalah sebesar 67,98% dan termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan. Aspek ekologi (85,56%) dan aspek kelembagaan (76,00%) berada pada status sangat berkelanjutan, dan aspek ekonomi (62,04%) berada pada status cukup berkelanjutan, sedangkan aspek sosial (48,33%) berada pada status kurang berkelanjutan.