Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Indonesia masih menghadapi ketergantungan tinggi pada impor liquefied petroleum gas
(LPG), karena produksi domestik hanya mampu memenuhi sekitar 20,3% kebutuhan
nasional. PT X sebagai pemegang mandat utama distribusi LPG nasional menjadi aktor
kunci yang rantai pasoknya akan sangat dipengaruhi oleh program substitusi LPG dengan
Dimetil Eter (DME) berbasis batubara kalori rendah. Penelitian ini bertujuan membantu PT
X dalam: (1) menentukan lokasi optimal pembangunan pabrik DME, (2) menghitung
kuantitas distribusi DME yang efisien, (3) mengidentifikasi Terminal LPG milik PT X yang
berpotensi dikonversi, (4) menentukan moda transportasi paling efektif, dan (5)
menganalisis dampak implementasi DME terhadap pengurangan impor LPG dalam jaringan
distribusi PT X.
Pendekatan yang digunakan adalah Supply Chain Network Design (SCND) dengan
pemodelan Mixed Integer Linear Programming (MILP). Horizon analisis ditetapkan 20
tahun yang merepresentasikan umur operasional pabrik (2030–2049). Model dibangun dan
diselesaikan menggunakan Pyomo serta CPLEX untuk mengevaluasi konfigurasi jaringan
distribusi PT X di bawah berbagai skenario.
Evaluasi dilakukan melalui dua kondisi. Pada skenario dasar, pembangunan pabrik DME
sepenuhnya ditentukan oleh hasil optimasi dan impor LPG tetap diperbolehkan. Hasilnya
menunjukkan bahwa integrasi DME ke dalam rantai pasok PT X tidak layak secara ekonomis.
Sementara itu, pada skenario alternatif, diasumsikan pemerintah tetap memaksakan
implementasi DME penuh dengan kewajiban pembangunan pabrik serta pelarangan impor
LPG. Kondisi ini menghasilkan konfigurasi rantai pasok baru bagi PT X, yaitu pembangunan
dua pabrik di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dengan kapasitas masing-masing
5,66 juta MT dan 3,84 juta MT per tahun. Konfigurasi tersebut memungkinkan PT X
mendistribusikan DME hingga memenuhi 69,7% kebutuhan LPG domestik, tetapi
menimbulkan konsekuensi kenaikan biaya sistem sebesar Rp170,6 triliun atau kerugian
tahunan sekitar Rp8,53 triliun dibandingkan skenario dasar. Hal ini menegaskan bahwa
keberlanjutan rantai pasok PT X dalam mengintegrasikan DME hanya dapat tercapai apabila
disertai dukungan kebijakan dan insentif pemerintah.
Perpustakaan Digital ITB