2017_DS_PP_TITIK_SUNARNI_1-COVER.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_TITIK_SUNARNI_1-BAB_1.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_TITIK_SUNARNI_1-BAB_2.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_TITIK_SUNARNI_1-BAB_3.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_TITIK_SUNARNI_1-BAB_4.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_TITIK_SUNARNI_1-BAB_5.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_TITIK_SUNARNI_1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC yana mulyana
Hiperurisemia merupakan salah satu faktor resiko gout, bahkan juga dihubungkan
dengan disfungsi ginjal, penyakit kardiovaskular, diabetes dan sindrom metabolik.
Hiperurisemia dapat menyebabkan terbentuknya kristal asam urat di jaringan,
terutama pada sendi, yang akan menginisiasi peradangan dan kerusakan jaringan.
Hiperurisemia dapat diobati dengan penghambat aktivitas xanthin oksidase (XO)
dan urikosurik seperti allopurinol dan probenesid, namun penggunaan allopurinol
dan probenesid dapat berakibat fatal seperti timbulnya sindrom Stevens-Johnson.
Beberapa jenis tumbuhan Annonaceae telah digunakan secara tradisional untuk
mengobati hiperurisemia diantaranya kepel [Stelechocarpus burahol (Blume)
Hook. f. Thomson], sirsak (Annona muricata L.), srikaya (Annona squamosa L.)
dan mulwo (Annona reticulata L.). Penggunaan obat tradisional seringkali tidak
didukung data ilmiah terkait khasiat dan keamanan, oleh karena itu penelitian ini
bertujuan mengkaji aktivitas antihiperurisemia ekstrak empat tumbuhan
Annonaceae dan mengisolasi kandungan kimia tumbuhan terpilih.
Ekstraksi dilakukan secara maserasi menggunakan etanol 96%. Aktivitas
antihiperurisemia ekstrak ditentukan melalui uji aktivitas pada model tikus
hiperurisemia yang diinduksi kalium oksonat dan uji terhadap aktivitas XO in
vitro. Ekstrak yang mempunyai kemampuan menurunkan kadar asam urat
tertinggi difraksinasi secara ekstraksi cair-cair (ECC) menggunakan n-heksana,
etil asetat dan air. Fraksi etil asetat yang mempunyai aktivitas antihiperurisemia
disubfraksinasi secara kromatografi cair vakum (KCV) dengan fase diam silika
gel H dan dielusi dengan gradien fase gerak kombinasi n-heksana-etil asetatmetanol. Subfraksi aktif disubfraksinasi lebih lanjut secara kromatografi kolom
klasik dengan fase diam silika gel 60 dan dielusi secara isokratik dengan fase
gerak kloroform-metanol (8:2). Subfraksi aktif hasil kromatografi kolom klasik
dimurnikan secara kromatografi kertas preparatif dengan fase gerak asam asetat
10% dan dilanjutkan secara kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif dengan
fase diam silika gel GF254 dan fase gerak kloroform-metanol (8:2). Ekstrak, fraksi
dan subfraksi yang dapat menurunkan kadar asam urat juga diuji efek urikosurik
untuk mengkaji mekanisme penurunan kadar asam urat.
ii
Keempat ekstrak daun tumbuhan Annonaceae mempunyai aktivitas
antihiperurisemia pada dosis 75 mg/kg, dengan penurunan kadar asam urat
tertinggi (57 %) diberikan oleh ekstrak daun kepel. Efek keempat ekstrak terhadap
aktivitas XO tergolong sangat lemah dengan IC50 >200 ????g/mL kecuali ekstrak
daun mulwo 171,73 ± 17,17 ????g/mL. Fraksi n-heksana mempunyai kemampuan
yang bermakna (p<0,05) dalam menurunkan kadar asam urat yang sebanding
dengan fraksi etil asetat yaitu sebesar 32 dan 28 %. Efek fraksi n-heksana
terhadap aktivitas XO sangat lemah dengan IC50 >200 ????g/mL, sedangkan efek
fraksi etil asetat dan fraksi air tidak terdeteksi. Subfraksinasi fraksi etil asetat
dengan KCV menghasilkan 7 subfraksi (E.1 –E.7) dan hanya E.3, E.4 dan E.5
yang mempunyai aktivitas antihiperurisemia dengan penurunan kadar asam urat
berturut-turut 43, 46 dan 33 %. Subfraksi E.3 dan E.4 juga dapat menghambat
aktivitas XO (IC50 >200 ????g/mL). Subfraksinasi E.3 dan E.4 lebih lanjut secara
kromatografi kolom klasik, masing-masing menghasilkan 3 dan 4 subfraksi
(E.3.1 –E.3.3 dan E.4.1 –E.4.4), namun hanya E.3.2 dan E.4.3 yang mempunyai
aktivitas antihiperurisemia dengan persentase penurunan kadar asam urat
berturut-turut 29 dan 38 %. Subfraksi E.3.2 dan E.4.3 juga dapat menghambat
aktivitas XO (IC50 berturut-urut 128,39 ± 20,21 dan >200 ????g/mL). Kromatografi
lapis tipis (KLT) subfraksi E.3.2 menghasilkan kromatogram dengan 6 bercak,
sedangkan subfraksi E.4.3 menghasilkan 3 bercak. Uji urikosurik menunjukkan
ekstrak daun kepel, fraksi etil asetat, subfraksi E.4 dan E.4.3 mampu
meningkatkan ekskresi asam urat dalam urin.
Pemurnian subfraksi E.4.3 secara kromatografi kertas preparatif menghasilkan 3
pita (E.4.3.1 - E.4.3.3). E.4.3.2 dipisahkan lebih lanjut secara KLT preparatif
menghasilkan isolat E.4.3.2.2. Uji kemurnian E.4.3.2.2 secara KLT
pengembangan tunggal dan spektrofotodensitometri menunjukkan satu bercak,
selanjutnya E.4.3.2.2 disebut isolat R. Hasil karakterisasi dan identifikasi dengan
spektrofotodensitometri UV-sinar tampak, spektrometri
1
H-NMR,
13
C-NMR,
HSQC dan HMBC memberikan dugaan bahwa isolat R adalah kemferol-3-Oramnosida (C21H20O10). Hal ini juga diperkuat oleh spektrum massa isolat R yang
menunjukkan adanya ion molekul [M+H
+
] pada 433,38. Bobot molekul kemferol3-O-ramnosida 432,38 g.mol
-1
. Konfirmasi spektrum
1
H-NMR dan
13
C-NMR
isolat R dengan isolat kemferol 3-O-ramnosida dari Siraitia grasvenorii
menghasilkan geseran kimia yang mirip. Oleh karena itu disimpulkan bahwa
isolat yang diperoleh dari daun kepel adalah kemferol-3-O-ramnosida.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dari keempat ekstrak
etanol tumbuhan Annonaceae yang diteliti, ekstrak daun kepel mempunyai
aktivitas antihiperurisemia in vivo paling kuat dibandingkan dengan ekstrak daun
srikaya, sirsak dan mulwo. Keempat ekstrak tidak mempunyai efek terhadap
aktivitas XO in vitro. Ekstrak daun kepel, fraksi etil asetat, subfraksi E.4 dan
E.4.3 mempunyai aktivitas antihiperurisemia dan urikosurik, tetapi tidak
berkhasiat terhadap aktivitas XO in vitro. Senyawa hasil isolasi subfraksi aktif
antihiperurisemia dari daun kepel adalah kemferol-3-O-ramnosida.