digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Hiperurisemia merupakan salah satu faktor resiko gout, bahkan juga dihubungkan dengan disfungsi ginjal, penyakit kardiovaskular, diabetes dan sindrom metabolik. Hiperurisemia dapat menyebabkan terbentuknya kristal asam urat di jaringan, terutama pada sendi, yang akan menginisiasi peradangan dan kerusakan jaringan. Hiperurisemia dapat diobati dengan penghambat aktivitas xanthin oksidase (XO) dan urikosurik seperti allopurinol dan probenesid, namun penggunaan allopurinol dan probenesid dapat berakibat fatal seperti timbulnya sindrom Stevens-Johnson. Beberapa jenis tumbuhan Annonaceae telah digunakan secara tradisional untuk mengobati hiperurisemia diantaranya kepel [Stelechocarpus burahol (Blume) Hook. f. Thomson], sirsak (Annona muricata L.), srikaya (Annona squamosa L.) dan mulwo (Annona reticulata L.). Penggunaan obat tradisional seringkali tidak didukung data ilmiah terkait khasiat dan keamanan, oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengkaji aktivitas antihiperurisemia ekstrak empat tumbuhan Annonaceae dan mengisolasi kandungan kimia tumbuhan terpilih. Ekstraksi dilakukan secara maserasi menggunakan etanol 96%. Aktivitas antihiperurisemia ekstrak ditentukan melalui uji aktivitas pada model tikus hiperurisemia yang diinduksi kalium oksonat dan uji terhadap aktivitas XO in vitro. Ekstrak yang mempunyai kemampuan menurunkan kadar asam urat tertinggi difraksinasi secara ekstraksi cair-cair (ECC) menggunakan n-heksana, etil asetat dan air. Fraksi etil asetat yang mempunyai aktivitas antihiperurisemia disubfraksinasi secara kromatografi cair vakum (KCV) dengan fase diam silika gel H dan dielusi dengan gradien fase gerak kombinasi n-heksana-etil asetatmetanol. Subfraksi aktif disubfraksinasi lebih lanjut secara kromatografi kolom klasik dengan fase diam silika gel 60 dan dielusi secara isokratik dengan fase gerak kloroform-metanol (8:2). Subfraksi aktif hasil kromatografi kolom klasik dimurnikan secara kromatografi kertas preparatif dengan fase gerak asam asetat 10% dan dilanjutkan secara kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif dengan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak kloroform-metanol (8:2). Ekstrak, fraksi dan subfraksi yang dapat menurunkan kadar asam urat juga diuji efek urikosurik untuk mengkaji mekanisme penurunan kadar asam urat. ii Keempat ekstrak daun tumbuhan Annonaceae mempunyai aktivitas antihiperurisemia pada dosis 75 mg/kg, dengan penurunan kadar asam urat tertinggi (57 %) diberikan oleh ekstrak daun kepel. Efek keempat ekstrak terhadap aktivitas XO tergolong sangat lemah dengan IC50 >200 ????g/mL kecuali ekstrak daun mulwo 171,73 ± 17,17 ????g/mL. Fraksi n-heksana mempunyai kemampuan yang bermakna (p<0,05) dalam menurunkan kadar asam urat yang sebanding dengan fraksi etil asetat yaitu sebesar 32 dan 28 %. Efek fraksi n-heksana terhadap aktivitas XO sangat lemah dengan IC50 >200 ????g/mL, sedangkan efek fraksi etil asetat dan fraksi air tidak terdeteksi. Subfraksinasi fraksi etil asetat dengan KCV menghasilkan 7 subfraksi (E.1 –E.7) dan hanya E.3, E.4 dan E.5 yang mempunyai aktivitas antihiperurisemia dengan penurunan kadar asam urat berturut-turut 43, 46 dan 33 %. Subfraksi E.3 dan E.4 juga dapat menghambat aktivitas XO (IC50 >200 ????g/mL). Subfraksinasi E.3 dan E.4 lebih lanjut secara kromatografi kolom klasik, masing-masing menghasilkan 3 dan 4 subfraksi (E.3.1 –E.3.3 dan E.4.1 –E.4.4), namun hanya E.3.2 dan E.4.3 yang mempunyai aktivitas antihiperurisemia dengan persentase penurunan kadar asam urat berturut-turut 29 dan 38 %. Subfraksi E.3.2 dan E.4.3 juga dapat menghambat aktivitas XO (IC50 berturut-urut 128,39 ± 20,21 dan >200 ????g/mL). Kromatografi lapis tipis (KLT) subfraksi E.3.2 menghasilkan kromatogram dengan 6 bercak, sedangkan subfraksi E.4.3 menghasilkan 3 bercak. Uji urikosurik menunjukkan ekstrak daun kepel, fraksi etil asetat, subfraksi E.4 dan E.4.3 mampu meningkatkan ekskresi asam urat dalam urin. Pemurnian subfraksi E.4.3 secara kromatografi kertas preparatif menghasilkan 3 pita (E.4.3.1 - E.4.3.3). E.4.3.2 dipisahkan lebih lanjut secara KLT preparatif menghasilkan isolat E.4.3.2.2. Uji kemurnian E.4.3.2.2 secara KLT pengembangan tunggal dan spektrofotodensitometri menunjukkan satu bercak, selanjutnya E.4.3.2.2 disebut isolat R. Hasil karakterisasi dan identifikasi dengan spektrofotodensitometri UV-sinar tampak, spektrometri 1 H-NMR, 13 C-NMR, HSQC dan HMBC memberikan dugaan bahwa isolat R adalah kemferol-3-Oramnosida (C21H20O10). Hal ini juga diperkuat oleh spektrum massa isolat R yang menunjukkan adanya ion molekul [M+H + ] pada 433,38. Bobot molekul kemferol3-O-ramnosida 432,38 g.mol -1 . Konfirmasi spektrum 1 H-NMR dan 13 C-NMR isolat R dengan isolat kemferol 3-O-ramnosida dari Siraitia grasvenorii menghasilkan geseran kimia yang mirip. Oleh karena itu disimpulkan bahwa isolat yang diperoleh dari daun kepel adalah kemferol-3-O-ramnosida. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dari keempat ekstrak etanol tumbuhan Annonaceae yang diteliti, ekstrak daun kepel mempunyai aktivitas antihiperurisemia in vivo paling kuat dibandingkan dengan ekstrak daun srikaya, sirsak dan mulwo. Keempat ekstrak tidak mempunyai efek terhadap aktivitas XO in vitro. Ekstrak daun kepel, fraksi etil asetat, subfraksi E.4 dan E.4.3 mempunyai aktivitas antihiperurisemia dan urikosurik, tetapi tidak berkhasiat terhadap aktivitas XO in vitro. Senyawa hasil isolasi subfraksi aktif antihiperurisemia dari daun kepel adalah kemferol-3-O-ramnosida.