tekstil di daerah Bandung dan sekitarnya telah mendorong dilakukannya upaya
konservasi sumber daya air. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengolah efluen instalasi pengolahan air limbah (IPAL) tekstil dengan metode
adsorpsi agar kualitasnya meningkat sehingga dapat digunakan kembali sebagai air
proses atau air bersih. Pengolahan efluen IPAL tekstil terutama dilakukan untuk
menyisihkan warna yang masih tersisa pada IPAL tekstil, yang salah satunya
berasal dari zat warna C.I. Reactive Red 141 (RR 141).
Salah satu alternatif adsorben yang dapat digunakan untuk menyisihkan warna
adalah tanah liat karena tanah liat merupakan bahan alami yang tersedia dalam
jumlah yang banyak, mudah ditemukan di berbagai negara, murah serta memiliki
kemampuan dalam menyisihkan polutan melalui mekanisme adsorpsi dan
pertukaran ion. Namun informasi serta studi yang dilakukan terkait dengan aplikasi
tanah liat lokal Indonesia sebagai adsorben masih sangat terbatas. Oleh karena itu
pada penelitian ini digunakan tanah liat lokal alami yang berasal dari tiga daerah di
Indonesia, yaitu tanah liat Arcamanik yang merupakan tanah endapan danau, tanah
liat Citatah yang merupakan tanah pegunungan kapur dan tanah liat Dago yang
merupakan tanah pegunungan vulkanik.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki mekanisme adsorpsi zat warna RR 141
pada tanah liat lokal alami. Penentuan mekanisme adsorpsi ditentukan berdasarkan
hasil analisis terhadap karakteristik tanah liat dan zat warna, pengaruh berbagai
faktor terhadap proses adsorpsi, kesesuaian data adsorpsi dengan model kinetika
dan isoterm kesetimbangan, nilai parameter termodinamika proses adsorpsi dan
perubahan struktur molekul tanah liat lokal selama proses adsorpsi dengan
menggunakan metode spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tanah liat dengan kandungan mineral struktur
lapis 2 : 1 (monmorilonit) yang dominan, yaitu tanah liat Citatah, relatif
menunjukkan sorpsi yang cenderung lebih baik. Penyisihan zat warna optimum
untuk tanah liat Arcamanik dan Dago dicapai pada dosis 10 g/L sedangkan untuk
tanah liat Citatah pada dosis 8 g/L, dengan efisiensi penyisihan berturut-turut
sebesar 65.93%, 65.93%, dan 76.65%. Pada dosis optimum tersebut, waktu
kesetimbangan adsorpsi dari tanah liat Arcamanik dan Citatah dicapai pada menit
ke-60 sedangkan tanah liat Dago pada menit ke-120. Teramati pula bahwa proses
adsorpsi berlangsung lebih baik pada pH rendah melalui gaya elektrostatik antara
permukaan liat yang menjadi positif pada pH rendah (S-OH2
+) dengan gugus
anionik SO3
- dari zat warna RR 141.
Kinetika adsorpsi zat warna RR 141 pada ketiga tanah liat lokal mengikuti model
pseudo second order. Pada penggunaan dosis optimum, nilai konstanta laju sorpsi
(K2) dari ketiga tanah adalah 12,422; 13,318 dan 10,958 g mg-¹ menit-¹ masingmasing
untuk tanah liat Arcamanik,Citatah dan Dago. Data kesetimbangan adsorpsi
zat warna RR 141 pada tanah liat Arcamanik paling baik digambarkan oleh model
isoterm Freundlich dengan nilai KF sebesar 0,036 mg/g sedangkan untuk tanah liat
Citatah dan Dago paling baik digambarkan oleh model isoterm Langmuir dengan
kapasitas adsorpsi maksimum monolayer (qm) berturut-turut sebesar 0,053 dan
0,038 mg/g.
Nilai perubahan energi bebas Gibbs dari tanah liat Arcamanik, Citatah dan Dago
masing-masing adalah -4,794, -7,048 dan -4,234 kJ/mol yang menunjukkan proses
adsorpsi secara fisik. Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa pada adsorpsi zat
warna RR 141 pada tanah liat Citatah dan Dago ada keterlibatan ikatan gugus
fungsi. Mekanisme adsorpsi zat warna RR 141 pada tanah liat lokal yang mungkin
terjadi adalah melalui gaya fisik, yaitu gaya van der Waals dan gaya kimia melalui
pembentukan kompleks permukaan antara gugus sulfonik zat warna RR 141 dengan
hidroksida logam atau ion mineral Si, Al atau Fe pada tepi kristal liat yang patah
atau pada ruang antar lapisan kristal liat.
Perpustakaan Digital ITB