digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Limbah kromium merupakan sisa kegiatan industri yang umumnya dalam bentuk heksavalen dan trivalen di perairan. Kromium heksavalen adalah senyawa yang bersifat toksik dan karsinogenik bagi manusia. Sehingga perlu dilakukan pengolahan, salah satunya dengan biosorpsi. Salah satu tantangan dalam bidang biosorpsi adalah memilih biomassa yang menjanjikan, banyak, murah, reuse, dan regenerasi. Dalam penelitian ini biosorpsi kromium heksavalen dilakukan secara batch selama 180 menit dengan kecepatan agitasi 180 rpm dengan limbah kromium artifisial pada pH 1. Analisa konsentrasi kromium dari efluen dilakukan secara colorimetry, yang diukur dengan menggunakan 1,5-diphenylcarbazide sebagai reagen pengompleks yang selanjutnya diukur dengan spektrofotometer. Hasilnya, biosorpsi kromium menunjukkan bahwa persen penyisihan terbesar adalah 80,1% dimana konsentrasi akhir sebesar 19,900 ppm setelah 150 menit dengan mekanisme biosorpsi mengikuti isotherm Langmuir dengan qm dan Kads sebesar 20,284 mg Cr(VI)/gram sorben dan 0,002825 dengan nilai R2 sebesar 0,9985, dengan kinetika reaksi pseudo-second-order. Selanjutnya dalam penelitian ini, dilakukan desorpsi logam kromium dilakukan menggunakan variasi eluen dan konsentrasi. Beberapa diantaranya adalah HNO3 0,1N; 1N; H2SO4 0,1N; 1N; 4N; KOH 0,1N; 1N; NaOH 0,1N; 1N. Hasilnya persen desorpsi paling banyak dengan menggunakan H2SO4 4N sebesar 78,84% kromium total dengan kinetika desorpsi mengikuti orde dua. Dalam penelitian ini juga diuji seberapa baik performa biosorben setelah desorpsi hingga beberapa kali. Hasilnya pengulangan biosorpsi setelah desorpsi menggunakan H2SO4 4 N memberikan performa paling baik, hingga pengulangan biosorpsi sebanyak tiga kali dengan persen removal berturut-turt sebesar 80,1%, 93,86%, dan 90,32%. Hal ini dikarenakan asam juga berfungsi untuk mengaktifasi biosorben. Sedangkan, dengan menggunakan KOH dan NaOH, biosorpsi fase kedua menunjukkan penurunan performa persen removal dari 80,1% menjadi 19,95% dan 23,48%. Dalam upaya recovery yang dilakukan secara elektrolisis. Hasil terbaik ditunjukkan pada variasi anoda karbon dengan voltase 12 V. Hal ini ditunjukkan dengan penyisihan konsentrasi kromium terbesar pada elektrolitnya hingga 88,28%.