Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh industri rokok adalah limbah padat
yang dihasilkan dari unit pengolahan air limbah. Limbah padat itu disebut juga
sludge IPAL. Sludge IPAL tersebut dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.
Pengolahan air limbah industri rokok PT. X menghasilkan sludge dalam jumlah
relatif besar (rata-rata 15000 kg/bulan) yang belum teruji kadar keamanannya. Uji
fisika dan kimia tidak cukup untuk menilai pengaruh pencemaran sludge terhadap
organisme, sehingga diperlukan biomonitoring seperti uji toksisitas. Pengujian
toksisitas menggunakan hewan uji berupa tikus dan mencit, dengan tahapan
pengujian: TCLP, akut dan subkronis. Hasil TCLP dari sludge dibandingkan
secara deskriptif dengan baku mutu TCLP (USEPA dan PP No. 85/1999), dan
hasil pengujian toksisitas akut mengacu pada nilai LD50 menurut PP No. 85/1999
sedangkan hasil pengujian subkronis dianalisis secara statistik dengan metode
One-WayAnova (?=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi
kandungan logam berat pada sludge PT. X sangat rendah, jauh di bawah standar
konsentrasi maksimum kontaminan (PP No. 18/1999 Jo. PP No. 85/1999). Pada
pengujian toksisitas akut menunjukkan berbagai dosis sludge yang diujikan tidak
menyebabkan kematian pada tikus dan mencit tetapi pemberian sludge dengan
dosis 5000 mg/kg bb memberikan respon berupa penurunan berat badan pada
tikus sedangkan terhadap mencit terjadi pada dosis 500 mg/kg bb. Paparan
subkronis terhadap histologis hati dan ginjal mencit betina menunjukkan bahwa
pemberian sludge dengan dosis 50 mg/kg bb mampu meningkatkan degenerasi
dan nekrosis sel secara nyata bila dibandingkan dengan kontrol.
Perpustakaan Digital ITB