digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh industri rokok adalah limbah padat yang dihasilkan dari unit pengolahan air limbah. Limbah padat itu disebut juga sludge IPAL. Sludge IPAL tersebut dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi. Pengolahan air limbah industri rokok PT. X menghasilkan sludge dalam jumlah relatif besar (rata-rata 15000 kg/bulan) yang belum teruji kadar keamanannya. Uji fisika dan kimia tidak cukup untuk menilai pengaruh pencemaran sludge terhadap organisme, sehingga diperlukan biomonitoring seperti uji toksisitas. Pengujian toksisitas menggunakan hewan uji berupa tikus dan mencit, dengan tahapan pengujian: TCLP, akut dan subkronis. Hasil TCLP dari sludge dibandingkan secara deskriptif dengan baku mutu TCLP (USEPA dan PP No. 85/1999), dan hasil pengujian toksisitas akut mengacu pada nilai LD50 menurut PP No. 85/1999 sedangkan hasil pengujian subkronis dianalisis secara statistik dengan metode One-WayAnova (?=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kandungan logam berat pada sludge PT. X sangat rendah, jauh di bawah standar konsentrasi maksimum kontaminan (PP No. 18/1999 Jo. PP No. 85/1999). Pada pengujian toksisitas akut menunjukkan berbagai dosis sludge yang diujikan tidak menyebabkan kematian pada tikus dan mencit tetapi pemberian sludge dengan dosis 5000 mg/kg bb memberikan respon berupa penurunan berat badan pada tikus sedangkan terhadap mencit terjadi pada dosis 500 mg/kg bb. Paparan subkronis terhadap histologis hati dan ginjal mencit betina menunjukkan bahwa pemberian sludge dengan dosis 50 mg/kg bb mampu meningkatkan degenerasi dan nekrosis sel secara nyata bila dibandingkan dengan kontrol.