digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kromium stabil dalam bentuk kromium trivalen [Cr+3 atau Cr (III)] dan kromium heksavalen [Cr+6 atau Cr(VI)]. Cr3+ merupakan logam esensial bagi tubuh sedangkan Cr6+ bersifat racun dan karsinogenik (IARC 1982). Cr banyak digunakan dalam industri sebagai bahan campuran karena sifatnya kuat dan tahan terhadap korosi. Proses grinding dan welding dapat menyebabkan paparan Cr terhadap pekerja baik melalui inhalasi maupun dermal. Adanya paparan Cr dapat dilihat salah satunya dengan melihat konsentrasi Cr dan kreatinin dalam urin. ACGIH (2007) menyatakan nilai BEI diatas 10 ?g/g kreatinin pada akhir shift di akhir hari kerja menunjukkan adanya paparan Cr. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kadar Cr dalam urin karena paparan Cr terinhalasi. Penelitian epidemi bersifat cross sectional ini dilakukan di Desa Mekarmaju, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung. Dari total 848 pekerja pandai besi, jumlah responden yang diikutkan dalam penelitian adalah 30 orang dengan kriteria tertentu. Kelompok kontrol terdiri atas 10 orang yang tidak bekerja sebagai pandai besi. Pengukuran Cr di udara dilakukan sesuai dengan metode NIOSH 7600 Issue 2 menggunakan personal sampling pump dengan filter PVC dan dianalisis menggunakan UVVisible Spectrophotometer dengan panjang gelombang 540 nm. Pengukuran kromium dalam urin dilakukan sesuai dengan metode NIOSH 8310 Issue 2 kemudian dianalisis dengan Graphit Furnace AAS. Dari 30 orang kelompok terpapar, 21 orang diantaranya memiliki konsentrasi Cr6+ lebih tinggi daripada NAB yang dikeluarkan oleh Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor: SE01/MENAKER/1997, 16 orang diantaranya memiliki nilai UCr diatas nilai BEI yang dikeluarkan oleh ACGIH, dan 22 orang diantaranya memiliki nilai HI>1 yang menyatakan bahwa dosis kromium dalam tubuh pekerja tersebut memiliki potensi untuk membahayakan kesehatan pekerja. Analisis menunjukkan perbedaan signifikan antara kelompok terpapar dan kelompok kontrol dengan pvalue 0,000 untuk TLV, CDI, dan kromium dalam urin.