Indonesia dikategorikan sebagai negara yang memiliki lahan gambut yang sangat luas.
Dari 37,80 juta hektar lahan gambut dunia, 20,6 juta hektar berada di Indonesia. Dari total
luasan lahan gambut Indonesia, 33,9% berada di Pulau Kalimantan. Lahan gambut
Kalimantan tersebar di pesisir barat, termasuk di wilayah Kabupaten Kubu Raya.
Masyarakat Indonesia masih melakukan pembukaan lahan dengan metode pembakaran.
Setiap tahun sekitar 1,5-2,2 juta hektar lahan gambut mengalami kebakaran di Sumatera
dan Kalimantan. Kebakaran lahan gambut terparah terjadi pada tahun 1997, 1998 dan
2002. Kabut asap (smog) yang dihasilkan menimbulkan permasalahan dengan beberapa
negara tetangga. Kebakaran lahan gambut tidak hanya terjadi pada permukaan tanah,
namun juga merambat ke dalam tanah. Kebakaran dalam lapisan gambut dapat menyebar
luas secara radial karena struktur lahan gambut yang merupakan sisa-sisa perakaran
tumbuhan yang telah mati. Kebakaran lahan ini mengemisikan aerosol yang mengandung
senyawa karbon, diantaranya black carbon (BC)/elemental carbon (EC) dan organic
carbon (OC). Dampak yang ditimbulkan oleh komponen partikulat ini pada kesehatan
dan lingkungan dinilai cukup penting. Pada penelitian ini dianalisis partikulat emisi
pembakaran gambut dengan parameter PM2,5, BC/EC serta OC. Emisi partikulat diambil
menggunakan MiniVol TAS dengan filter Teflon dan Quartz fiber filter. Partikulat
dianalisis dengan menggunakan timbangan Boeco-Germany Semi-Microbalance, Smoke
Eel Reflectometer Model 43D, dan Carbon Analyzer DRI Model 2001 OC/EC. Hasilnya
menunjukkan bahwa rata-rata sampel gambut dari permukaan tanah (0,0- 0,5 m)
mengemisikan 7.467,29±3.976,26?g/m³ PM2,5. Sedangkan sampel gambut dari
kedalaman 1,0-1,5 m rata-rata mengemisikan 5.693,55±2.137,15?g/m³ PM2,5. Dalam
PM2,5 terdapat BC sebesar 96,49±35,98 ?g/m3. Pada pembakaran sampel gambut surface
dan subsurface secara signifikan ada perbedaan konsentrasi BC. Dalam emisi PM2,5, OC
berkontribusi sebesar 70,27% sedangkan EC berkontribusi sebesar 1,85%. Hasil
penelitian diharapkan bermanfaat untuk mengetahui potensi bahaya pencemaran udara
pada lokasi dengan kedalaman gambut tertentu sehingga upaya mitigasi bencana
kebakaran lahan dapat dioptimalkan.
Perpustakaan Digital ITB