digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Timbal, salah satu logam berat yang berbahaya terhadap organisme dan lingkungan, ditemukan dalam limbah yang berasal dari kawasan industri tekstil Leuwigajah, Cimahi. Selain memiliki kelarutan yang baik dalam air dan dapat terakumulasi di dalam tanah, tanaman yang tumbuh di lahan tercemar dapat menyerap substansi yang berbahaya ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana logam timbal dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada penelitian ini hanya dikaji pengaruh akumulasi timbal pada tanaman kangkung darat (Ipomoea retans Poir). Selain konsentrasi timbal, pengaruh kehadiran kromium dalam tanah ikut dikaji pada penelitian ini. Penelitian diawali dengan (1) karakterisasi awal sampel tanah dari lokasi studi, (2) rancangan penanaman, (3) penanaman kangkung darat, (4) panen/pengampilan sampel, dan (5) analisis logam. Konsentrasi timbal mulai dianalisis pada kangkung darat berumur satu minggu. Analisis logam timbal dilakukan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Dibuat empat variasi media tanam. Berdasarkan hasil pengukuran, logam timbal paling banyak terakumulasi di bagian daun kangkung darat kecuali kangkung darat variasi A yang lebih mengakumulasi timbal di bagian akar. Hingga hari ke-20, konsentrasi timbal dalam tanaman kangkung darat semua variasi belum melebihi baku mutu, yakni 0,5 ppm. Pada hari ke-25. kangkung darat variasi A memiliki kandungan timbal dengan jumlah tertinggi pada keseluruhan tanamannya, yaitu 125,25 mg/kg sayuran. Adanya kromium di dalam media tanam variasi C memberikan pengaruh nyata terhadap ukuran tanaman dengan tingkat signifikasi 0, 037. Selain itu, kromium juga terbukti menurunkan akumulasi timbal pada bagian akar dan daun kangkung dengan tingkat signifikansi masing-masing 0, 037 dan 0,024. Penambahan urea terbukti dapat menurunkan tingkat akumulasi timbal di bagian akar kangkung dengan tingkat signifikansi 0,020. Namun, penambahan urea ke dalam tanah tercemar limbah tidak mempengaruhi distribusi timbal ke bagian daun. Pada hari ke-35, kangkung variasi D memiliki nilai translokasi paling kecil, yaitu 0, 40. Oleh karena itu, waktu panen kangkung yang aman tidak melebihi 35 hari masa tanam. Perbandingan nilai faktor biokonsentrasi dan faktor translokasi menunjukkan bahwa kangkung yang ditanam di lokasi studi dikategorikan masih aman untuk dikonsumsi manusia.