digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Silimarin merupakan senyawa alam yang diperoleh dari tanaman Silybum marianum. Secara tradisional silimarin telah banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit hati. Namun silimarin memiliki bioavailabilitas yang rendah karena kelarutannya yang kurang baik dan metabolisme yang cepat. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan sistem nanoemulsi mengandung silimarin untuk meningkatkan bioavailabilitasnya. Formula yang digunakan adalah formula yang telah dikembangkan sebelumnya untuk kurkumin. Fasa minyak dari nanoemulsi terdiri dari castor oil, kremofor RH 40 sebagai surfaktan, dan polietilen glikol 400 sebagai ko-surfaktan dengan rasio 1:8:1. Nanoemulsi terbentuk secara spontan setelah ditambahkan dapar fosfat pH 6,4 dengan pengadukan ringan. Karakterisasi nanoemulsi meliputi penampakan fisik, ukuran droplet, indeks polidispersitas, zeta potensial, efisiensi penjerapan, dan stabilitas fisiko-kimia pada penyimpanan di kondisi ruang selama 2 minggu. Karakterisasi juga dilakukan secara in vitro menggunakan sel MCF-7 dan MDA-MB untuk mengamati toksisitas serta kemampuan penetrasi ke dalam sel. Uji sitotoksik untuk menentukan nilai IC50 dilakukan menggunakan metode MTS [3-(4,5- dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium] dan dianalisis menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 490 nm. Selanjutnya, dilakukan kajian kemampuan penetrasi sediaan nanoemulsi dibandingkan dengan sediaan larutan silimarin pada sel MCF-7 menggunakan mikroskop konfokal setelah inkubasi selama 3 dan 6 jam, dengan konsentrasi di bawah nilai IC50 yang telah diperoleh. Pada pengamatan dengan mikroskop konfokal, digunakan karbon dot yang dienkapsulasi bersama-sama dengan silimarin, sebagai penanda. Hasil karakterisasi ukuran droplet, indeks polidispersitas dan zeta potensial berturut-turut adalah 27,95 ± 4,31 nm, 0,296 ± 0,09 dan -11,81 mV; dengan efisiensi penjerapan sebesar 91,92 ± 0,04 %. Nanoemulsi mengandung silimarin dan karbon dot menunjukkan stabilitas yang baik pada kondisi pengamatan. Hasil uji stabilitas tidak menunjukkan perbedaan bermakna dari efisiensi penjerapan, dan karakteristik untuk nanoemulsi silimarin setelah disimpan selama 2 minggu. Nilai IC50 nanoemulsi dan larutan silimarin untuk MCF-7 adalah 30,67 µg/mL dan 45,40 µg/mL, sedangkan untuk MDA-MB 37,5 µg/mL dan 39,14 µg/mL. Nanoemulsi menunjukkan kemampuan berpenetrasi ke dalam sel MCF-7 pada konsentrasi 12,5 µg/mL baik setelah inkubasi selama 3 dan 6 jam. Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa sistem nanoemulsi yang dikembangkan berpotensi meningkatkan nilai terapetik dari silimarin. Untuk mengkonfirmasi kesimpulan ini, perlu dilakukan percobaan lebih lanjut.