Kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian tertinggi pada
perempuan di Indonesia, yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk, dengan rata-rata
kematian 17 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2018, 2,1 juta wanita didiagnosis
menderita kanker payudara, dan sekitar satu kasus baru didiagnosis setiap 18 detik.
Pengobatan kanker payudara memerlukan kombinasi berbagai teknik, seperti
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, dan terapi biologis, yang
dilakukan secara bertahap. Pengobatan kanker seperti radiasi, kemoterapi, atau
keduanya cenderung mengubah pertahanan tubuh, mengurangi kekebalan, dan
akhirnya menyebabkan kematian. Oleh karena itu, pengobatan alternatif harus
dikembangkan, seperti obat herbal antara lain kurkumin dan minyak kelor.
Kurkumin sebagai salah satu herbal yang terindikasi memiliki sifat antikanker pada
kanker payudara telah banyak dikembangkan dalam sistem penghantaran
nanoemulsi. Kelor (Moringa oleifera Lam.) sebagai tanaman obat tradisional
Indonesia juga menunjukkan potensi aktivitas terhadap kanker payudara. Minyak
kelor telah dikembangkan dalam sistem nanoemulsi dan memiliki potensi
antikanker. Kajian aktivitas sitotoksik kombinasi kurkumin dan minyak kelor
dalam satu sistem pembawa nanoemulsi sampai saat ini belum pernah dilakukan.
Pengembangan nanoemulsi ini memungkinkan kurkumin dan minyak kelor berada
dalam satu sistem, yang memberikan berbagai dampak positif, seperti peningkatan
stabilitas, permeabilitas, dan modifikasi profil pelepasan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan formulasi nanoemulsi yang
mengandung kombinasi kurkumin dan minyak kelor serta karakterisasi fisikokimia,
kajian aktivitas sitotoksik serta mekanisme kerja nanoemulsi kombinasi kurkumin
dan minyak kelor secara in vitro pada model lini sel kanker payudara MDA-MB231. Tahapan penelitian meliputi pengembangan nanoemulsi kombinasi kurkumin
dan minyak kelor menggunakan tehnik emulsifikasi spontan, selanjutnya dilakukan
standardisasi mutu nanoemulsi, kajian efektivitas antikanker pada lini sel kanker
payudara MDA-MB-231, serta kajian toksisitas akut dan profil farmakokinetik
kurkumin pada hewan coba tikus Wistar.
Penelitian dilakukan dengan tahapan awal berupa optimasi perbandingan
cremophor RH40 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai kosurfaktan untuk
menghasilkan komposisi terbaik minyak kelor, cremophor RH40, dan PEG 400
ii
(1:8:1). Selanjutnya dibuat 3 formula nanoemulsi kombinasi kurkumin dan minyak
kelor dengan konsentrasi masing-masing 1, 2, dan 3 mg/ml. Dari ketiga formula
tersebut dilakukan karakterisasi dengan parameter meliputi organoleptis, ukuran
globul, indeks polidispersitas, morfologi partikel, pH, potensial zeta, dan efisiensi
penjeratan. Uji stabilitas dilakukan terhadap tiga konsentrasi nanoemulsi kombinasi
kurkumin dan minyak kelor selama enam bulan pada kondisi penyimpanan
temperatur kamar, 4
o
C, dan 40
o
C. Hasil uji stabilitas menunjukkan nanoemulsi
kombinasi kurkumin dan minyak kelor 2 mg/ml menunjukkan hasil yang paling
stabil pada kondisi penyimpanan temperatur kamar dan 4
o
C. Hasil karakterisasi
pada konsentrasi 2 mg/ml antara lain larutan homogen berwarna kuning jernih,
ukuran partikel 33,27±2,28 nm; indeks polidispersitas 0,38±0,07; morfologi
partikel berbentuk sferis; pH 5,46; potensial zeta -7,78±0,49 mV; dan efisiensi
penjeratan 98,79±0,62%.
Penelitian tahap selanjutnya mencakup uji in vitro, yang meliputi uji sitotoksisitas
terhadap nanoemulsi kombinasi kurkumin dan minyak kelor, uji apoptosis dengan
metode Terminal Deoxynucleotidyl Transferase dUTP Nick End Labeling
(TUNEL) assay, serta analisis ekspresi protein apoptosis melalui Western blot.
Hasil uji sitotoksik menunjukkan nilai IC50 nanoemulsi kombinasi kurkumin dan
minyak kelor sebesar 9,04 µg/ml pada lini sel kanker MDA-MB-231. Dari hasil
Tunel assay dengan menggunakan mikroskop fluoresen diperoleh hasil indeks
apoptosis berturut-turut nanoemulsi kombinasi kurkumin dan minyak kelor,
nanoemulsi kurkumin (NEK) dan nanoemulsi minyak kelor (NEM) pada sel MDA-
MB-231 sebesar 89,19±4,21%; 52,02±4,04%; dan 46,76±2,17%. Nanoemulsi
kombinasi kurkumin dan minyak kelor memberikan efek apoptosis yang lebih baik
dibandingkan dengan NEK dan NEM. Dari pengujian apoptosis menggunakan flow
cytometry diperoleh hasil early apoptotic dan late apoptotic nanoemulsi kombinasi
kurkumin dan minyak kelor sebesar 7,42±0,59% dan 3,83±0,62% berbeda secara
signifikan dengan kontrol, NEM dan NEK yang nilai early apoptotic masingmasing sebesar 7,91±0,54%, 3,42±0,55%, dan 4,46±1,10% serta late apoptotic
masing-masing sebesar 1,11±0,26%, 1,04±0,19%, dan 2,23±0,94%. Hasil
pengujian terhadap ekspresi protein Bax dan Bcl-2 dengan Western blot diperoleh
nilai rasio ekspresi Bax/Bcl-2 nanoemulsi kombinasi kurkumin dan minyak kelor
senilai 1,29 yang lebih besar daripada kontrol, NEM dan NEK.
Pada penelitian berikutnya dilakukan eksplorasi keamanan nanoemulsi kombinasi
kurkumin dan minyak kelor dengan uji toksisitas akut. Sediaan dengan dosis
tunggal sebesar 2000 mg/Kg diberikan pada tikus Wistar betina. Tikus diamati
selama 14 hari setelah pemberian sediaan. Hasil pengamatan menunjukkan tidak
adanya perubahan parameter perilaku dan biokimia yang signifikan yang
menunjukkan tanda toksisitas.
Pada tahap akhir penelitian dilakukan pengujian farmakokinetik dari nanoemulsi
kombinasi kurkumin dan minyak kelor, dimana pada metode analisis HPLC yang
digunakan dilakukan validasi terlebih dahulu. Validasi metode analisis kurkumin
menggunakan parameter linieritas, akurasi, presisi, LOD dan LOQ. Dari validasi
metode analisis kurkumin dihasilkan kurva kalibrasi yang linier dengan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,9994, akurasi (% recovery) berada diantara 99,06% sampai
104,57%, presisi (% RSD) sebesar 0,097% , dan nilai LOQ sebesar 0,0132 mg/L.
Pada pengujian farmakokinetik masing-masing sampel dengan dosis 50 mg/Kg
diberikan secara oral pada tikus putih Wistar, kemudian dilakukan pengambilan
darah pada menit ke 0, 15, 30, 60, 120, 240, 480, 720, dan 1440. Dari hasil analisis
terhadap plasma darah tikus menggunakan HPLC diperoleh hasil parameter
farmakokinetik nanoemulsi kombinasi kurkumin dan minyak kelor yang lebih baik
daripada kurkumin maupun NEM, dengan area dibawah kurva (AUC0-?)
nanoemulsi kombinasi kurkumin dan minyak kelor sebesar 0,850 mg.h/L,
konsentrasi maksimum (Cmax) nanoemulsi kombinasi kurkumin dan minyak kelor
sebesar 0,282 mg/L, sedangkan Cmax kurkumin sebesar 0,051 mg/L, dan Cmax NEM
tidak terdeteksi.
Perpustakaan Digital ITB