Six Sigma pada awalnya di tahun 1990 di sebuah perusahaan manufaktur untuk proses manufaktur dan transaksional. Six Sigma telah terbukti berhasil dalam mengurangi waktu produksi, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan meningkatkan profit secara signifikan. Umumnya, metode Six Sigma hanya digunakan pada perusahaan manufaktur, tetapi sekarang metode Six Sigma dapat digunakan pada perusahaan manufaktur pakaian pada industri fesyen. Di Indonesia, saat ini UKM fesyen berkembang sangat pesat. UKM fesyen di Indonesia memiliki tingkat persaingan yang kuat. Masalah yang ada pada UKM fesyen berkaitan dengan efisiensi, waktu produksi yang selesai tepat waktu saat mengirim, dan kecepatan produksi. Untuk menyesuaikan daya saing, perusahaan harus meningkatkan daya saing dengan menghindari masalah-masalah yang terkait dengan UKM fesyen. UKM fesyen memiliki 2 metode untuk memproduksi produknya dalam kuantias yang berbeda; keduanya adalah produksi untuk stok yang selalu tersedia dan produksi sesuai pesanan. Salah satu masalah yang ada pada UKM fesyen yang menggunakan metode produksi sesuai pesanan adalah waktu produksi yang bervariasi. Artikel penelitian ini mendiskusikan mengenai implementasi dari perbaikan waktu produksi pada salah satu UKM fesyen yang menggunakan metode produksi sesuai pesanan. Untuk memperbaiki waktu produksi, peneliti menggunakan metode Six Sigma sebagai alatnya menggunakan langkah define, measure, analysis, improve, dan control (DMAIC) untuk proses kritis, sehingga dapat mengetahui kemacetan pada proses bisnis yang dapat diidentifikasi dan diperbaiki. Pada langkah define, pada langkah ini peneliti mendefinisikan masalah yang terjadi di perusahaan Kamfee. Lalu langkah selanjutnya adalah measure, pada langkah ini peneliti menghitung kerugian yang dialami oleh perusahaan dan mengalkulasikan waktu produksi dengan menjelaskan seluruh proses bisnis. Setelah mengetahui kerugian dan seluruh waktu produksi, peneliti menganalisis lebih dalam kemacetan dan penyebab dari kemacetan dengan menggunakan pohon realitas saat ini dan bagan pareto. Setelah itu peneliti telah mengetahui akar masalah dari masalah yang ada dan memberikan solusi untuk memperbaiki proses bisnis dan mengurangi waktu produksi. Untuk mempertahankan proses bisnis yang telah diperbaiki, langkah selanjutnya adalah controlling. Pada langkah controlling, peneliti menggunakan alat PDCA untuk langkah ini. Dari temuan penelitian ini, peneliti menemukan bahwa dalam pemesanan baju yang dibuat sesuai pesanan, baju tersebut harus sesuai dengan keinginan dari pelanggan dimulai dari bahan baku, kain, harga, kualitas, desain, dan rincian kecil lainnya seperti warna, warna benang, resleting (apabila menggunakan), hingga waktu produksi (berdasarkan suara dari pelanggan). Jadi, penelitian ini memiliki implikasi untuk manufaktur lain selain perusahaan Kamfee yang juga memproduksi baju olahraga yang dibuat sesuai pesanan bahwa hal-hal tersebut memiliki peranan penting.
Perpustakaan Digital ITB