digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penggunaan insektisida dalam kegiatan pertanian masih sering kali dilakukan oleh petani untuk mencapai hasil pertanian yang tahan terhadap serangan hama serangga. Salah satunya adalah insektisida organoklorin yang bersifat persisten baik itu di lingkungan maupun di dalam tubuh makhluk hidup yang terpapar. Paparan jangka panjang insektisida organoklorin akan memberikan dampak perubahan pada kesehatan, salah satunya adalah gangguan pada tiroid berupa peningkatan pada kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Penelitian ini dilakukan terhadap petani penyemprot berkelamin laki-laki di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Pengambilan sampel dilakukan saat petani melakukan aktivitas penyemprotan insektisida menggunakan pad sampling untuk paparan dermal. Laporan ini memaparkan konsentrasi organoklorin yang memapari petani penyemprot yang kemudian dikonversikan menjadi akumulasi intake untuk melihat efeknya terhadap kadar TSH di dalam darah petani. Pada makalah ini juga dipaparkan faktor dan besar resiko petani yang terpapar dibandingkan dengan petani yang tidak terpapar. Insektisida organoklorin yang terdeteksi di dalam sampel adalah lindan, heptaklor, aldrin, endosulfan, DDT, dieldrin dan endrin. Paparan tertinggi yang didapat secara berurutan adalah 0,7818 mg/cm2, 0,021 mg/cm2, 0,5824 mg/cm2, 0,0464 mg/cm2, 0,0025 mg/cm2, 0,0014 mg/cm2, dan 0,1108 mg/cm2. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara paparan insektisida organoklorin dengan intake dan peningkatan kadar TSH di dalam darah petani dengan hubungan paling kuat diberikan oleh intake lindan (korelasi Pearson, r=0,656, p=0,000). Hal ini sejalan dengan hasil perhitungan resiko dimana petani yang terpapar oleh insektisida organoklorin akan lebih beresiko terkena penyakit hipotiroid dibandingkan dengan petani yang tidak terpapar.