Abstrak - Naomi Jedidah Tarigant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER -Naomi Jedidah Tarigant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB I - Naomi Jedidah Tarigant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB II - Naomi Jedidah Tarigant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB III - Naomi Jedidah Tarigant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB VI -Naomi Jedidah Tarigant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V - Naomi Jedidah Tarigant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA - Naomi Jedidah Tarigant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN - Naomi Jedidah Tarigant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Musca domestica L. (Diptera: Muscidae) atau lalat rumah adalah hama yang amat mengganggu serta dapat menyebabkan permasalahan ekonomi hingga kesehatan. Pengendalian lalat rumah menggunakan insektisida adalah cara cepat, murah, dan praktis yang umum dilakukan. Namun, penggunaan insektisida jangka panjang dan peningkatan dosis insektisida berpotensi menimbulkan dan mempercepat terjadinya resistensi. Monitoring status resistensi lalat rumah menjadi penting dilakukan sebagai dasar penentuan metode pengendalian hama yang tepat sehingga insektisida dapat digunakan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status resistensi lalat rumah atau Musca domestica L. dari peternakan di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat terhadap insektisida lamda-sihalotrin, deltametrin, transflutrin, dan imidakloprid. Penelitian dimulai dari tahap koleksi dan pembiakan di laboratorium, serta uji hayati lalat rumah terhadap insektisida melalui metode topikal. Berdasarkan uji hayati terhadap empat insektisida (lamda-sihalotrin, deltametrin, transflutrin, imidakloprid), strain KBB secara konsisten menunjukkan tingkat resistensi sangat tinggi, dengan nilai RR50 berturut-turut 58,06; 61,00; 56,56; dan 75,43. Sebaliknya, strain PSR menunjukkan tingkat resistensi sangat rendah dengan nilai RR50 berturut-turut 6,06; 6,50; 5,63; dan 6,07. Sementara, strain BDG dan CMH menunjukkan tingkat resistensi sedang dengan nilai RR50 berkisar antara 23,14 hingga 28,13 dan 31,44 hingga 47,15. Hasil ini mengindikasikan adanya variasi resistensi antar strain terhadap berbagai jenis insektisida, dimana strain KBB adalah strain yang paling resisten dan strain PSR adalah strain yang paling rentan terhadap semua insektisida. Strain yang berasal dari peternakan, seperti strain KBB, CMH, dan BDG memiliki rasio resistensi yang lebih tinggi dibandingkan strain yang berasal dari tempat pembuangan sampah karena peternakan telah menggunakan insektisida dalam jangka panjang untuk mengendalikan lalat rumah, bahkan tanpa dilakukan rotasi maupun kombinasi insektisida. Faktor lainnya adalah pengaruh ekologi, seperti adanya pertanian maupun permukiman di sekitar peternakan. Selain itu, ditemukan rasio resistensi serupa untuk lamda-sihalotrin, deltametrin, dan transflutrin. Hal ini terjadi karena kemungkinan adanya resistensi silang pada golongan piretroid. Resistensi ganda juga tampaknya terjadi terhadap neonikotinoid pada semua strain lapangan dengan nilai rasio resistensi yang lebih tinggi dibandingkan piretroid untuk strain KBB. Oleh karena itu, diperlukan rotasi insektisida dan peningkatan sanitasi melalui pengendalian hama terpadu (PHT) untuk mempertahankan efektivitas insektisida dan menjaga kerentanan lalat rumah.
Perpustakaan Digital ITB