digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Mekanisme upwelling di perairan pantai selatan Selat Makassar, Indonesia tidak hanya ditentukan oleh angin yang bertiup sejajar pantai dan menyebabkan coastal upwelling selama moonsun tenggara, namun dari penelitian sebelumnya disaranankan untuk meneliti pengaruhi dari pertemuan tiga sirkulasi arus yang terdapat di perairan ini. Selama moonsun tenggara aktif, massa air dari Laut Flores di wilayah timur bertemu dengan dengan ARLINDO yang dating dari utara Selat Makassar dan bersama menuju ke Laut Jawa. Mekanisme pertama telah di terbukti, namun mekanisme yang kedua membutuhkan penelitian lebih lanjut. Data dua puluh tahun hasil simulasi numerik Selat Makassar dan perairan sekitarnya digunakan untuk menggambarkan karakteristik musiman dan mekanisme upwelling di wilayah penelitian. Simulasi baroklinik 3D mengunakan ROMS Rutgers (Regional Ocean Model System) telah disimulasikan dari tahun 1995 sampai 2014 (Sofian, 2015). Hasil analisa klimatologi menunjukkan adanya upwelling yang dapat diidentifikasi dari penurunan SST sebesar ± 2°𝐶 dan peningkatan salinitas sebesar ± 0.5 𝑃𝑠𝑢 dibandingkan seluruh wilayah sekitarnya. bukti upwelling dimulai pada bulan Juni, mencapai maksimum pada bulan Agustus dan menghilang pada bulan September mengikuti distribusi angin timur selama moonsun tenggara aktif dilihat dari. Menipisnya lapisan mixed layer dan naiknya lapisan termoklin sampai kepermukaan. Ketidakstabilan kolom air yang dilihat dari frekuensi Brunt-Väisälä (N2) dan bilangan Richardson (Ri). Dengan menghitung vortisitas dan menganalisa sirkulasi arus di wilayah penelitian, diidentifikasi adanya sistem vortisitas dibagian selatan pulau Sulawesi, di Laut Jawa dan Laut Flores dan disimpulkan karena pertemuan sirkulasi arus. Disimpulkan penyebab upwelling di wilayh ini adalah transpor Ekman dan penyeretan arus akibat sistem vortisitas, sementara sirkulasi arus dari utara Selat Makassar menyebabkan penguatan upwelling.