digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Hidroponik sebagai sistem pertanian tanpa menggunakan media tanah telah menjadi salah satu sistem pertanian yang banyak digunakan di daerah perkotaan dimana lahan semakin sempit. Akan tetapi, biaya operasional yang tinggi menjadi masalah dalam sistem hidroponik. Solusi yang dapat dilakukan adalah subsitusi sebagian larutan nutrisi hidroponik dengan larutan organik seperti larutan lindi hasil biokonversi sampah organik oleh larva Black Soldier Fly (BSF), Hermetia illucens. Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menentukan pengaruh dari kandungan makro dan mikronutrien lindi terhadap jumlah daun, berat basah dan kering, kadar klorofil, arsitektur akar, serta menentukan komposisi larutan nutrisi yang paling baik berdasarkan kinetika pertumbuhan tanaman dan kadar klorofil dari tanaman sawi pagoda Brasica rapa subsp. Narinosa. Sawi pagoda ditanam menggunakan sistem hidroponik NFT dengan larutan nutrisi AB Mix 100%; AB Mix 60% AB : Lindi 40%; AB Mix: 40% : Lindi 60%; dan Lindi 100%. Setiap perlakuan diulang 5 kali dengan 20 tanaman per pelakuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lindi (40%) dan AB Mix (60%) menghasilkan rata-rata jumlah daun 94,317 ± 15,119 helai, bobot segar 268,28 ± 28,16 gram, bobot kering 16,998 ± 4,335 gram dan jumlah klorofil total 17,231 ± 3,215 mg/L. Seluruh parameter tersebut secara statistik lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya (Kruskal Wallis α = 0,05), kecuali dengan perlakuan AB mix 100%. Hal tersebut dikarenakan beberapa unsur makro pada lindi (N, P dan K) lebih daripada standard unsur makro Hidroponik, walaupun beberapa unsur mikro lebih rendah. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komposisi AB Mix 60% : Lindi 40% merupakan komposisi paling baik bagi pertumbuhan sawi pagoda.