digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Allegra Phelia Amadea Manurung
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Allegra Phelia Amadea Manurung
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Allegra Phelia Amadea Manurung
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Allegra Phelia Amadea Manurung
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Allegra Phelia Amadea Manurung
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Allegra Phelia Amadea Manurung
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Allegra Phelia Amadea Manurung
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Sampah organik mendominasi 60% jumlah sampah di Indonesia. Lalat tentara hitam (Hermetia illucens) dikenal sebagai serangga dekomposer yang dapat mengonversi materi organik menjadi produk bernilai seperti pakan ternak dan pupuk kompos. Pada habitat yang terkontaminasi banyak mikroorganisme, Hermetia illucens dapat bertahan hidup dan tidak menjadi vektor penyakit bagi manusia. Hal ini mengindikasikan adanya sistem imun yang efisien pada serangga tersebut. Informasi mengenai elemen seluler yaitu hemosit (sistem imun seluler), penting untuk diketahui terkait perannya yang saling berhubungan dengan fenoloksidase (sistem imun humoral) dalam menghadapi patogen. Studi sistem imun seluler bertujuan mengamati hemosit, elemen seluler pada sistem imun serangga, secara morfologis dan kuantitatif. Hemolimf larva instar akhir Hermetia illucens dibuat menjadi preparat basah kemudian diamati menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran 400x. Metode kuantitatif meliputi total hemocyte counts (THC) dan differential hemocyte counts (DHC). Penghitungan menggunakan hemasitometer Neubauer menunjukkan THC sebesar 236,4 ± 157,41 hemosit/mm3 hemolimf. Tipe hemosit yang ditemukan adalah plasmatosit, granulosit, oenositoid, dan prohemosit, dengan persentase berturut-turut yaitu 51,88%, 45,74%, 1,19%, dan 0,79%. Keempat tipe hemosit tersebut memiliki peran dalam fagositosis, enkapsulasi, melanisasi, dan diferensiasi. Pengamatan menggunakan preparat monolayer pun menunjukkan adanya respon seluler berupa pembentukan filopodia dan fagosom pada hemosit saat dipaparkan bakteri Bacillus cereus. Studi sistem imun humoral dilakukan berdasarkan keberadaan aktivitas fenoloksidase pada sampel hemolimf yang dipaparkan B. cereus. Hasil pengamatan pada panjang gelombang 490 nm menunjukkan bahwa keberadaan bakteri menyebabkan nilai absorbansi yang lebih tinggi dibanding tanpa bakteri (kontrol). Aktivitas fenoloksidase ini berkaitan dengan melanisasi yang melibatkan elemen seluler. Disimpulkan bahwa, larva H. illucens memiliki sistem imun yang dapat melawan kontaminan pada habitat sampah organik.