digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Life cycle cost dapat menjadi pertimbangan yang penting dalam memutuskan suatu pembangunan jalan di Indonesia. Life cycle cost memperhatikan biaya keseluruhan selama daur hidup perkerasan termasuk biaya pengguna jalan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji life cycle cost perkerasan jalan Pakkae – Bts. Kota Pangkep yang dibangun dengan menggunakan perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Hasil kajian ini dikembangkan untuk mendapatkan jenis perkerasan yang terbaik berdasarkan life cycle cost analysis dan beban lalu lintas. Untuk mengetahui perbandingan life cycle cost perkerasan kaku dan perkerasan lentur dibuat 3 jenis alternatif skenario perkerasan yaitu; perkerasan kaku dengan umur rencana 25 tahun (alternatif 1), perkerasan lentur dengan umur rencana 25 tahun (alternatif 2), dan perkerasan lentur dengan umur rencana 10 tahun (alternatif 3). Pada tiap jenis perkerasan tersebut dibuat skenario penanganan sedemikian hingga perkerasan tersebut tetap mampu melayani kebutuhan lalu lintas, dengan indikator nilai International Roughness Index (IRI) yang diprediksi melalui persamaan empiris. Dari hasil analisis user cost didapatkan biaya terendah dari pengguna jalan diperoleh pada perkerasan lentur dengan umur rencana 25 tahun, sedangkan dari analisis deterministik oleh software Realcost didapatkan biaya terendah agency cost terdapat pada perkerasan lentur dengan umur rencana 10 tahun. Karena terdapat perbedaan antara hasil agency cost dan user cost, maka untuk pengambilan keputusan dilakukan pendekatan total cost (penjumlahan user cost dan agency cost), sehingga diperoleh hasil bahwa perkerasan lentur dengan umur rencana 25 tahun mempunyai total cost terendah. Dari sisi teknis, perkerasan lentur dengan umur rencana 25 tahun mampu menahan beban lalu lintas. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa meskipun perkerasan kaku mempunyai jumlah penanganan yang lebih sedikit dibanding perkerasan lentur dengan umur rencana yang sama, namun perkerasan kaku tetap lebih mahal dari sisi biaya. Hal ini disebabkan oleh biaya pembangunan serta penanganan perkerasan kaku lebih mahal dibanding perkerasan lentur.