Metode enhanced oil recovery (EOR) menggunakan injeksi gas karbondioksida (CO2) telah banyak diterapkan pada lapangan minyak dan telah terbukti dapat meningkatkan perolehan minyak secara signifikan. Akan tetapi, penggunaan metode CO2-EOR di lapangan seringkali terkendala masalah gravity segregation, gas override, viscous fingering dan channeling yang dapat menurunkan efisiensi perolehan. Berbagai teori dan percobaan yang telah dilakukan serta data lapangan menyatakan bahwa pembuihan CO2 dapat mengendalikan mobilitas gas, sehingga memperbaiki performa pendesakan. Pembuihan juga meningkatkan efisiensi pendesakan mikroskopik dari metode CO2-EOR karena adanya surfaktan yang menurunkan tegangan antarmuka minyak-batuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan efisiensi makroskopik dan mikroskopik serta faktor perolehan dari metode pembuihan dan injeksi CO2 kontinu melalui simulasi numerik pada skala lapangan. Metode pembuihan yang digunakan dalam penelitian ini adalah koinjeksi CO2-Surfaktan dan Surfactant-Alternating-CO2 Gas (SAG). Model buih yang digunakan adalah model local equilibrium (LE) pada simulator komersial CMG-STARSTM. Metode injeksi gas yang digunakan dalam penelitian ini adalah injeksi tak tercampur karena tingginya minimum miscibility pressure (MMP) dan batasan tekanan rekah dari reservoir yang digunakan. Penelitian ini juga menyoroti efek dari variasi laju injeksi pada tiap metode dan rekomendasi pola injeksi terbaik.
Dari hasil studi simulasi, diperoleh bahwa metode buih (coinjection dan SAG) dapat menghasilkan efisiensi pendesakan total dan peningkatan faktor perolehan yang jauh lebih tinggi dibanding metode injeksi CO2 kontinu. Hal ini dapat ditunjukkan oleh perbaikan rasio mobilitas, penurunan IFT dan peningkatan capillary number dari penggunaan metode buih. Faktor perolehan dari tiap metode EOR meningkat seiring besarnya laju injeksi hingga batas tertentu. Pada kondisi reservoir lapangan T, hasil simulasi juga menunjukkan bahwa metode coinjection lebih baik dibanding metode SAG. Pola injeksi yang direkomendasikan untuk lapangan T adalah pola peripheral karena dapat meningkatkan faktor perolehan hingga 2.2% dengan perubahan sumur produksi non-produktif menjadi sumur injeksi.
Perpustakaan Digital ITB