Waduk Saguling memiliki kondisi hulu tercemar ringan dengan kandungan nitrat yang diatas
baku mutu, sehingga diperlukan pemantauan kualitas air guna menjaga kualitas air waduk.
Konsentrasi klorofil-a sebagai indikator proxy biologi dapat digunakan sebagai salah satu
parameter air dalam pemantauan kualitas air. Namun, pemantauan kualitas air secara
tradisional membutuhkan waktu, biaya dan tenaga yang memadai. Oleh karena itu, teknologi
remote sensing dapat menjadi alternatif sebagai solusi permasalahan dari keterbatasan pada
pemantauan kualitas air secara tradisional tersebut. Pada remote sensing, konsentrasi klorofil
a dapat diidentifikasi melalui sifatnya yang menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Sehingga, cahaya yang diserap oleh klorofil-a akan diukur oleh satelit untuk mendapatkan nilai
reflektansi yang dapat digunakan untuk memprediksi klorofil-a. Pada penelitian ini digunakan
dua citra satelit, yaitu Sentinel-2 dan Landsat 9 untuk memprediksi klorofil-a pada Waduk
Saguling. Model empiris berupa persamaan regresi digunakan untuk memprediksi konsentrasi
klorofil-a dari data citra satelit. Data nilai konsentrasi klorofil-a insitu dan data nilai reflektansi
pada tahun 2022 digunakan dalam memperoleh model empiris berupa persamaan regresi untuk
prediksi konsentrasi klorofil-a. Sedangkan data validasi yang digunakan berupa data tahun
2024 yang menggabungkan data musim hujan dan kemarau. Pengolahan data-data tersebut
dilakukan menggunakan software Rstudio. Data nilai reflektansi dan visualisasi hasil model
menggunakan software Google Earth Engine (GEE). Pada penelitian ini juga membandingkan
nilai reflektansi pada Sentinel-2 dan Landsat 9 berdasarkan data SR (Surface Reflectance) yang
sudah di koreksi atmosferik dan data TOA (Top of Atmosphere) yang belum dilakukan koreksi
atmosferik. Perbandingan ini untuk mengetahui kesesuaian data satelit dalam model. Uji
validasi model dilakukan dengan parameter statistik berupa R2 dan Root Mean Squared Error
(RMSE), melalui perbandingan antara hasil model dengan data tahun 2022 dan data tahun
2024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model citra satelit Sentinel-2 dengan data SR
memiliki performa yang lebih baik dibandingkan dengan data TOA, berdasarkan nilai R2 yang
lebih tinggi dan RMSE yang lebih rendah. Hasil model Sentinel-2 SR diperoleh nilai R2 dan
RMSE sebesar 0,751 dan 1,39. Sedangkan TOA diperoleh nilai R2 dan RMSE sebesar 0,551
dan 1,86. Hasil model Landsat 9 TOA dengan R2 dan RMSE sebesar 0,280 dan 2,35 memiliki
performa lebih baik daripada model Landsat 9 SR dengan R2 dan RMSE sebesar 0,289 dan
2,35. Hasil uji validasi menunjukkan bahwa model Sentinel-2 SR memiliki performa model
yang lebih baik terhadap data baru dibandingkan dengan model Landsat 9 TOA. Model
Sentinel-2 SR berupa persamaan Multiple Linear Regression (MLR) dengan integrasi band 2,
3, 4, 5 dan 11, dengan persamaan matematis sebagai berikut: y =13,36 - 239,98B2 + 235,19B3 – 0,578B4 - 56,68B11. Hasil uji validasi model Sentinel-2 diperoleh nilai R2 dan RMSE sebesar
0,261 dan 4,2, yang menunjukkan penurunan nilai R2 dan kenaikan RMSE yang
mengindikasikan adanya penurunan performa model terhadap data baru. Namun, konsentrasi
klorofil-a hasil model dengan nilai aktual masih berada pada status trofiknya yang sama.
Sehingga model dapat memberikan gambaran besar prediksi sebaran konsentrasi klorofil-a
pada Waduk Saguling dan dapat digunakan untuk memodelkan musim kemarau maupun
musim hujan. Hasil visualisasi estimasi sebaran konsentrasi klorofil-a pada tahun 2022 – 2025
menunjukkan adanya kenaikan konsentrasi klorofil-a pada tahun 2022-2023 serta penurunan
konsentrasi klorofil-a dari 2023 hingga Januari 2025. Hasil model dengan Sentinel-2 SR dapat
digunakan untuk melakukan pemantauan kualitas air Waduk Saguling dan menjadi
pertimbangan dalam keputusan pengelolaan air pada waduk tersebut.