Meningkatnya kebutuhan energi global mendorong ditemukannya energi-energi baru yang bukan berasal dari bahan bakar fosil. Salah satu energi baru-terbarukan yang mampu memenuhi kebutuhan energi saat ini adalah solar cell. Saat ini terdapat tiga generasi solar cell. Solar cell generasi ketiga adalah dye-sensitized solar cell (DSSC). Salah satu komponen penyusun DSSC adalah dye yang berperan sebagai fotosensitizer, yang berguna untuk memancarkan elektron apabila dikenai cahaya matahari. Pada umumnya dye yang digunakan adalah ruthenium kompleks yang bersifat non-biodegradable, selain itu harga ruthenium dye juga mahal.
Untuk menggantikan ruthenium dye, digunakan dye organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan dipilih karena mengandung zat pewarna alami seperti antosianin, klorofil, dan karoten. Pada penelitian kali ini digunakan pigmen antosianin yang berasal dari kulit buah naga. Kulit buah naga dipilih karena berwarna merah sehingga memungkinkan mengandung antosianin. Antosianin dari ekstrak kulit buah naga dilarutkan dengan metode maserasi. Hasil pengujian FTIR menunjukan bahwa ekstrak kulit buah naga mengandung antosianin yang bercampur dengan senyawa lain, kandungan antosianin pada ekstrak buah naga merah lebih banyak dibandingkan pada ekstrak buah naga putih, sehingga luas kurva absorbansi U-V Vis natural dye dari ekstrak buah naga merah lebih besar dibanding dari ekstrak buah naga putih. Perbedaan ini menyebabkan dye buah naga merah memiliki efisiensi sebesar 0.0787% sedangkan dye kulit buah naga putih sebesar 0,0496%. Effisiensi ini jauh lebih kecil dibanding effisiensi DSSC yang menggunakan dye ruthenium. Perbedaan ini dikarenakan dari absorbansi cahaya U-V Vis yang kecil, namun dye organik memiliki fill faktor yang lebih besar dibanding dye ruthenium, sehingga natural dye ini memiliki potensi untuk menggantikan ruthenium, untuk itu perlu dilakukan modifikasi proses ekstraksi lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi DSSC.
Perpustakaan Digital ITB