digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu masalah kesehatan terbesar pada abad 21. Diabetes ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang melebihi batas normal. Berbagai terapi untuk menurunkan kadar gula darah telah diperkenalkan, salah satunya dengan menghambat enzim yang terlibat dalam proses hidrolilis karbohidrat seperti α-amilase yang dapat menyebabkan penyerapan glukosa menjadi lebih lambat. Di Indonesia DM dikenal dengan kencing manis, penduduknya menggunakan tumbuhan sebagai obat tradisional kencing manis, antara lain daun keji beling (Strobilanthes crispa L. Blume), daun kedondong (Spondias dulcis Soland ex. Park), biji adas (Foeniculum vulgare Mill.), kulit kayu pulai (Alstonia scolaris (L.) R.Br.), daun sembung (Blumea balsamifera (L.) DC.), daun gadung (Dioscorea hispida Dennst.), daun lampes (Ocimum sanctum L.), biji buncis (Phaseolus vulgaris L.), kulit batang kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn), daun murbei (Morus alba L.), biji dan kulit batang jamblang (Syzygium cumini Merr.), buah ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels), daun malaka (Phyllanthus emblica L.), herba meniran (Phyllanthus niruri L.), daun sendok (Plantago major L.), daun kaca piring (Gardenia jasminoides J. Ellis), dan daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk. var. tomentosa K. Schum). Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi tumbuhan yang secara tradisional telah digunakan sebagai obat kencing manis dengan pendekatan in vitro sebagai inhibitor enzim α- amilase. Ekstraksi dilakukan dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak yang diperoleh dikeringkan dengan alat pengering beku dan diuji aktivitas inhibisi α-amilase pada konsentrasi 500 μg/mL. Ekstrak kulit batang kapuk memiliki persen inhibisi paling tinggi dibandingkan dengan 17 sampel uji lainnya yaitu sebesar 97,64±0,52%. Nilai IC50 dari ekstrak daun malaka, biji jamblang, kulit batang kapuk, kulit batang jamblang, dan akarbosa berturut-turut adalah 35,56±8,09 μg/mL; 25,63±1,91 μg/mL; 21,84±0,24 μg/mL; 12,62±1,81 μg/mL; dan 3,01±0,77 μg/mL. Kapuk dipilih untuk dilakukan pengujian aktivitas inhibisi α-amilse lanjutan, ekstrak kulit batang kapuk difraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan n-heksana dan etil asetat. Nilai IC50 untuk fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air kulit batang kapuk berturut-turut 491,41±29,80 μg/mL; 322,61±9,29 μg/mL; dan 26,49±1,07 μg/mL. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil verifikasi terhadap 18 sampel tumbuhan menunjukan adanya aktivitas inhibisi α-amilase dan ekstrak kulit batang kapuk memiliki aktivitas yang paling baik dibandingkan dengan fraksi-fraksinya. Simplisia dan ekstrak kulit batang kapuk mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin katekat, saponin, kuinon dan steroid/triterpenoid.