digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Husnunnisa
PUBLIC yana mulyana

Gout merupakan suatu penyakit radang sendi yang disebabkan oleh hiperurisemia. Tingginya kadar asam urat dapat memicu terbentuknya pengendapan kristal monosodium urat yang akan mengakibatkan timbulnya radang pada sendi sehingga dapat mengganggu kualitas hidup penderita. Asam urat dapat berperan sebagai antioksidan atau prooksidan. Dalam keadaan normal asam urat berperan sebagai antioksidan, akan tetapi kadar asam urat yang berlebihan (hiperurisemia) dapat beralih menjadi oksidan kuat, serta menyebabkan terjadinya endapan asam urat di sendi yang akan menimbulkan peradangan sendi (gout). Keterlibatan enzim xantin oksidase dalam pembentukan asam urat menjadikannya sebagai target terapi pada pengobatan penyakit gout. Allopurinol merupakan salah satu obat yang digunakan pada terapi penyakit gout yang bekerja dengan menghambat enzim xantin oksidase sehingga dapat menurunkan produksi asam urat. Namun, allupurinol memiliki berbagai efek samping merugikan antara lain sindrom hipersensitivitas allopurinol, sindrom Stevens-Johnson, sindrom-dress yaitu salah satu reaksi samping obat berat yang ditandai dengan erupsi kulit, demam, dan keterlibatan organ dalam, agranulositosis, anemia, trombositopenia, leukopenia dan nekrolisis epidermal toksik yang ditandai dengan nekrosis dan pengelupasan epidermis >30% luas permukaan badan disertai rasa sakit dan dapat menyebabkan kematian. Sebagai alternatif terapi penyakit ini adalah tanaman obat yang berasal dari suku Phyllanthaceae. Tumbuhan marga Phyllanthus secara tradisional banyak digunakan untuk menurunkan asam urat, konstipasi, hipertensi, demam, nyeri otot, diare, penyakit kandung empedu, gangguan saluran kemih, penyakit seksual menular, kencing manis, luka, reumatik, dan radang sendi. Ekstrak terdiri dari berbagai komponen senyawa yang memiliki sifat polar maupun non polar yang memiliki kelarutan yang baik dalam pelarut organik namun sukar larut dalam air sehingga dapat mempengaruhi bioavailabilitas obat dalam tubuh. Pengembangan sistem penghantaran obat dapat meningkatkan kelarutan senyawa, yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas farmakologisnya terutama untuk rute pemberian oral. Pemilihan pengembangan sediaan nanosuspensi bertujuan untuk meningkatkan laju disolusi ekstrak sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas senyawa yang sukar larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk cair agar mudah diberikan kepada pasien, dan air sebagai medium pembawa pada sediaan nanosuspensi merupakan pelarut yang paling aman bagi manusia Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Skrining tumbuhan suku Phyllanthaceae secara in vitro menggunakan spektrofotometer untuk mencari tumbuhan yang memiliki aktivitas penghambatan xantin oksidase paling baik. Kemudian dilakukan standardisasi dan isolasi senyawa aktif dari tumbuhan terpilih menggunakan metode kromatografi dengan dipandu oleh aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase secara in vitro. Tahap selanjutnya yaitu pengembangan sediaan nanopartikel dari ekstrak tumbuhan terpilih dan uji aktivitas antihiperurisemia secara in vitro dan in vivo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi senyawa aktif antioksidan dan penghambatan xantin oksidase, mengembangkan sediaan nanopartikel ekstrak dan menguji aktivitas antioksidan dan penghambatan xantin oksidase dari ekstrak, isolat, dan sediaan nanopartikel ekstrak. Hasil uji aktivitas penghambatan xantin oksidase dari kelima ekstrak etanol tumbuhan suku Phyllanthaceae, pada konsentrasi 100 µg/mL ekstrak etanol daun Phyllanthus emblica, Baccaurea costulata, Phyllanthus acidus, Phyllanthus niruri, dan Sauropus androgynus memiliki penghambatan masing-masing sebesar 56,32 ± 1,08%; 18,85 ± 2,32%; 13,24 ± 2,94%; 10,29 ± 0,72%; dan -9,03 ± 1,05% sementara pada konsentrasi 200 µg/mL memiliki penghambatan masing-masing sebesar 86,59 ± 0,65%; 24,34 ± 1,99%; 37,47 ± 0,17%; 36,5 ± 1,74%; dan 5,09 ± 0,19%. Ekstrak etanol daun Phyllanthus emblica menjadi tumbuhan terpilih untuk dilanjutkan proses isolasi karena memberikan aktivitas penghambatan xantin oksidase terbaik. Hasil uji aktivitas penghambatan xantin oksidase dari fraksi ekstrak tumbuhan terpilih suku Phyllanthaceae menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas penghambatan xantin oksidase terbaik dibandingkan fraksi n-heksana, fraksi air, dan fraksi endapan yaitu dengan nilai IC50 sebesar 42,13 ± 1,16 µg/mL sehingga fraksi etil asetat dipilih untuk dilanjutkan proses pemisahan senyawanya. Hasil uji aktivitas penghambatan xantin oksidase subfraksi hasil pemisahan fraksi etil asetat diperoleh subfraksi SF29A memberikan aktivitas terbaik dalam penghambatan enzim xantin oksidase dengan nilai penghambatan pada konsentrasi 25 µg/mL sebesar 47,81 ± 0,41% dan pada konsentrasi 50 µg/mL sebesar 80,10 ± 0,77%. Isolat SF29A1 yang dikonfirmasi sebagai senyawa rutin dan SF29A2 yang dikonfirmasi sebagai kuersitrin telah berhasil diisolasi dari ekstrak tumbuhan terpilih suku Phyllanthaceae yaitu Phyllanthus emblica yang aktif dalam penghambatan enzim xantin oksidase yaitu dengan nilai IC50 masingmasing sebesar 32,77 ± 4,49 µg/mL dan 23,85 ± 2,04 µg/mL. Hasil pengembangan formula nanosuspensi terpilih yaitu formula D2 dimana ekstrak etanol P. emblica digiling menggunakan alat planetary ball mill dengan frekuensi milling 400, ekstrak 0,1%, PVP 0,01%, lama sonikasi bath 15 menit dan lama sonikasi probe 10 menit memberikan ukuran partikel 373 nm dan indeks polidispersitas 0,311 memiliki aktivitas penghambatan xantin oksidase yang kuat secara in vitro yakni dengan nilai IC50 sebesar 38,37 ± 0,93 µg/mL lebih baik dibandingkan dengan ekstrak yakni dengan nilai IC50 sebesar 72,55 ± 1,22 µg/mL. Pada pengujian in vivo pada menit ke-60 sediaan nanosuspensi ekstrak dosis 12,5 mg/kg bb memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol positif (kelompok tanpa pemberian obat maupun sampel uji). Ekstrak P. emblica memberikan aktivitas antioksidan dengan nilai AAI DPPH 8,39 ± 0,04 dan AAI Cuprac 13,19 ± 0,06, mendekati nilai AAI dari asam askorbat yaitu AAI DPPH 10,42 ± 0,03 dan AAI Cuprac 10,53 ± 0,03. Diantara fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, fraksi air, dan fraksi endapan aktivitas antioksidan terbaik diberikan oleh fraksi etil asetat yaitu dengan nilai AAI DPPH 12,62 ± 0,05 dan AAI Cuprac 23,10 ± 0,08. Aktivitas antioksidan isolat 1 (SF29A1) lebih kuat dibandingkan isolat 2 (SF29A2) yaitu AAI DPPH 7,90 ± 0,03 dan AAI Cuprac 15,83 ± 0,04 sementara AAI DPPH isolat 2 (SF29A2) 3,72 ± 0,01 dan AAI Cuprac 3,24 ± 0,03. Sediaan nanosuspensi ekstrak P. emblica menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan ekstrak dan asam askorbat dimana nilai AAI DPPH dari sediaan nanosuspensi ekstrak yaitu 11,15 ± 0,06 dan nilai AAI cuprac 16,11 ± 0,01. Penelitian ini memberikan informasi bahwa tumbuhan P. emblica memiliki potensi untuk dijadikan alternatif pengobatan untuk asam urat karena memiliki senyawa aktif antioksidan dan penghambatan xantin oksidase, disamping itu pengembangan sediaan nanosuspensi dari ektrak tumbuhan ini sangat potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat memberikan manfaat bagi penderita hiperurisemia.