Titan merupakan satelit terbesar dari planet Saturnus dan satu-satunya satelit yang memiliki atmosfer yang signifikan di Tata Surya. Atmosfer Titan pertama kali diduga oleh Joseph Comas I Sola pada tahun 1903 dan dikonfirmasi oleh Gerard Kuiper pada tahun 1944 dengan mendeteksi keberadaan metana. Misi Cassini-Huygens tiba di orbit Saturnus pada tahun 2004 yang memiliki misi utama untuk mempelajari sistem Saturnus (Saturnus dan satelitnya). Misi utama Cassini-Huygens (2004-2008) telah mengajarkan banyak hal tentang komposisi kimia dari atmosfer Titan. Pengetahuna baru dari profil vertikal, distribusi lintang, dan variasi musiman dari berbagai reaksi kimia senyawa didapatkan pada atmosfer Titan.
Pemantauan jangka panjang variasi musiman dari komposisi atmosfer sangat penting untuk lebih memahami meteorologi Titan. Hal ini juga menjadi motivasi untuk memperpanjang
misi dari Cassini hingga titik balik musim panas Saturnus pada belahan utara pada tahun 2017.
ALMA (Atacama Large Milimeter/submilimeter Array) merupakan teleskop radio interferometer pada ketinggian 5000 m di Atacama, Chili. Terdiri dari 66 buah antena radio teleskop yang bekerja pada panjang gelombang milimeter dan submilimeter. Kelimpahan dari acetonitrile (CH3CN) didapatkan dengan menggunakan data ALMA. Kelimpahan meningkat didapatkan dari permukaan hingga ketinggian 800 km. Kelimpahan CH3CN yang didapatkan dari data ALMA lebih kecil dibandingkat Marten et al. (2002) menunjukkan terdapat variasi musiman pada atmosfer Titan.