Pengamatan astronomi dari permukaan Bumi menghadapi tantangan signifikan akibat turbulensi atmosfer yang memengaruhi kualitas citra, atau yang
dikenal sebagai seeing. Untuk mengatasi kendala ini, penelitian ini bertujuan
mengembangkan model pembelajaran mesin berbasis data atmosfer dari ERA5
guna memperkirakan nilai seeing secara efisien. Pendekatan ini dirancang agar
tidak memerlukan infrastruktur khusus, sehingga dapat diterapkan di berbagai
lokasi di seluruh dunia. Data yang digunakan mencakup rentang tahun 2014-
2024 dengan menggunakan data seeing aktual dan data primer dan sekunder
atmosfer dari Reanalisis ERA5. Data seeing dari Observatorium Mauna Kea
digunakan sebagai label untuk melatih model menggunakan algoritma Random Forest. Evaluasi model dilakukan menggunakan K-Fold Cross Validation
dengan metrik MAE dan R2 untuk menilai performa prediksi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa algoritma Random Forest dengan konfigurasi lapisan ketinggian atmosfer antara 1000 hingga 150 hPa, yang menggunakan kombinasi data parameter atmosfer primer dan sekunder berupa kelembapan, serta pengaturan parameter Random Forest dengan n estimators =
300 dan max features = 1.0, menghasilkan prediksi terbaik dengan koefisien
determinasi (R2
) sebesar 0,803 dan nilai Mean Absolute Error (MAE) sebesar
0,102. Performa optimal ini dicapai setelah dilakukan eliminasi data di luar
rentang waktu pengamatan antara pukul 20.00 hingga 04.00 HST, serta penyaringan data yang memiliki nilai Relative Humidity (RH) negatif maupun
yang melebihi batas 85%.
Temuan ini mengindikasikan bahwa model tersebut mampu mengenali pola
turbulensi atmosfer secara efektif di kawasan Observatorium Mauna Kea. Selain itu, proses seleksi data yang ketat terbukti penting untuk meningkatkan
akurasi model, mengingat data dengan RH di luar rentang fisik dapat mengganggu hasil prediksi. Dengan demikian, pendekatan ini menunjukkan potensi
dalam memanfaatkan data reanalisis atmosfer untuk estimasi kondisi seeing
yang akurat di lokasi observasi tinggi.
Perpustakaan Digital ITB