digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tinggi run-up dan jarak genangan rob yang disebabkan oleh pasang surut, angin dan badai di Pantai Semarang telah disimulasikan dengan menggunakan model hidrodinamika dua dimensi MIKE 21 yang memiliki fasilitas Flood and Drying (FAD). Simulasi ini menggunakan data batimetri dari GEBCO dan DISHIDROS TNI-AL serta data topografi yang berupa Digital Elevation Model (DEM) dari Shuttle Radar Topography Mission (SRTM). Gaya pembangkit pasang surut yang digunakan adalah hasil prediksi elevasi pasang surut dari Global Tidal Model ORI.96. Data angin dan tekanan udara diperoleh dari National Centers For Environmental Prediction (NCEP). Model disimulasikan selama 24 hari (6 – 29 Juni 2009) yang meliputi kejadian Badai Linfa (13 - 22 Juni 2009). Berdasarkan hasil simulasi dengan 3 skenario gaya pembangkit (pasang surut, pasang surut dan angin, serta pasang surut, angin, dan badai) diketahui bahwa genangan rob terbesar terjadi di daerah Semarang Barat, termasuk Bandara Ahmad Yani. Skenario 1 (gaya pembangkit: pasang surut) menghasilkan tinggi run-up sebesar 0,40 m dan jarak inundasi sejauh 2,73 km. Skenario 2 (gaya pembangkit: pasang surut dan angin) menghasilkan tinggi run-up sebesar 0,46 m dan jarak inundasi sejauh 3,14 km. Sedangkan skenario 3 (gaya pembangkit: pasang surut, angin, dan badai) menghasilkan tinggi run-up 0,4625 m dan jarak inundasi sejauh 3,17 km. Pengaruh angin terlihat berdasarkan genangan yang membesar sejauh 0,53 km dan tinggi run-up yang bertambah 0,17 m. Sedangkan pengaruh Badai Linfa memperbesar genangan sejauh 90 m dan tinggi run-up yang bertambah 0,63 cm. Hal ini menunjukkan Badai Linfa tidak terlalu berpengaruh terhadap genangan rob yang terjadi di Semarang.