digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia adalah salah satu negara yang beriklim tropis dengan udara yang panas dan tingkat kelembaban tinggi. Menurut data dari Badan Meteorologi dan Geofisika pada bulan Mei, Indonesia memiliki kondisi temperatur udara antara 23 oC sampai 36 oC dengan tingkat kelembaban (RH) antara 51 % sampai 98 % [lampiran B]. Kondisi tersebut mendorong masyarakat untuk mendapatkan udara yang nyaman dan segar dengan menggunakan mesin pengkondisian udara. Kebutuhan akan kondisi udara yang segar dan adanya fasilitas air panas untuk keperluan mandi mendorong beberapa apartemen, hotel dan perumahan di sebagian kota besar untuk menyedikan mesin pengkondisian udara dan alat pemanas air. Tentu saja hal ini akan memperbesar dana atau biaya yang harus dikeluarkan. Usaha akan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut dan upaya untuk penghematan membuat beberapa peneliti mencari cara bagaimana menyediakan suatu mesin alternatif yang mempunyai fungsi ganda sebagai pendingin ruangan dan pemanas air. Teknologi pemanfaatan panas kondensor AC sudah lama dikembangkan, tetapi masih mempunyai banyak kelemahan seperti biaya yang tinggi dan mesin yang tidak handal. Di Teknik Mesin FTMD ITB upaya pemanfaatan panas kondensor untuk pemanasan air sudah lama dimulai, diantara oleh Jefri Sinaga (2000) telah membuat pemanas air yang dipasang secara parallel terhadap kondensor mesin pengkondisian udara dan A.O. Tanuwijaya (2009) telah membuat pemanas air yang dipasang seri terhadap kondensor. Tetapi penelitian terhadap pemanfaatan ganda pada mesin AC masih perlu dikembangkan karena masih banyak informasi yang belum diketahui seperti pengaruh penambahan unit pemanas air pada rangkaian mesin AC terhadap COP,konsumsi listrik, kinerja kompresor, temperatur evaporator dan keandalan mesin. Kajian pemanfaatan ganda mesin pengkondisian udara sebagai pendingin dan pemanas air ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik mesin pengkondisian udara seperti COP, konsumsi listrik, kinerja kompresor, temperatur evaporator dan keandalan mesin dari pengaruh penambahan unit pemanas air dengan menggunakan konfigurasi koil yang berbeda. Penelitian ini dimulai dengan pertama-tama adalah melakukan studi literatur untuk mempelajari makalah dan riset sebelumnya berkaitan dengan pemanfaatan panas dari kondensor mesin pengkondisian udara. Dari tahap ini diharapkan dapat informasi yang lengkap dan berguna untuk mencapai tujuan penelitian ini. Kedua, perencanaan proses pembuatan unit pemanas air yang akan digabungkan dengan mesin pengkondisian udara. Tujuan dari ini adalah untuk mendapatkan pemanas air yang optimum menyerap panas kondensor dari mesin pengkondisian udara. Pada penelitian ini menggunakan 3 konfigurasi koil penukar panas yang dipasangkan pada tangki pemanas air. Ketiga, pengujian terhadap mesin pengkondisian udara tanpa pemanas air dan pengujian terhadap pemanas air yang digabungkan dengan mesin pengkondisian udara (AWH). Pengujian dilakukan dengan pengatur kondisi temperatur didalam ruangan. Kemudian selanjutnya adalah melakukan analisa data hasil pengujian. Secara keseluruhan pemanfatan ganda pada mesin pengkondisian udara sebagai pendingin ruangan dan pemanas air dapat dikatakan berhasil. Kesimpulan yang dapat diambil antara lain: 1. Pemanfatan ganda pada mesin AC mampu menyerap panas dari kondensor dengan daya rata-rata sebesar 1,98 kW atau 52% dari jumlah panas yang terbuang. 2. Aircon Water Heater mampu memproduksi 100 liter panas sampai temperatur 60 oC selama 2–3 jam. 3. Penambahan unit pemanas air pada mesin pengkondisian udara dapat menaikkan nilai COPAWH dari mesin tersebut. COP mesin AC tanpa pemanas air sebesar 3,84 mengalami kenaikkan setelah dilengkapi unit pemanas air sebagai berikut: - COPAWH heliks sebesar 6,5 - COPAWH konus sebesar 6,99 - COPAWH multi U sebesar 6,86 4. Konsumsi daya listrik rata-rata dari sistem AWH cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sistem tanpa pemanas air, dan untuk pemakaian sistem AWH sampai temperature 50 oC dapat menghemat listrik sampai 10 %. 5. Distribusi temperature pada koil heliks dan konus cenderung sama, berbeda dengan konfigurasi koil multi U dimana temperature pada dititik atas cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan temperature pada dititik bagian bawah.