Arsitektur tradisional di Indonesia, termasuk Rumoh Aceh, menghadapi ancaman degradasi dan kepunahan serius. Kondisi ini menghambat upaya pelestarian warisan budaya tersebut di tengah arus modernisasi. Ancaman kepunahan Rumoh Aceh dipicu oleh berbagai faktor kompleks, meliputi: akulturasi budaya, minimnya representasi arsip dan dokumentasi pengetahuan, berkurangnya jumlah ahli (Utoh), dan kerentanan terhadap bencana alam. Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam konteks pelestarian dan pengembangan, namun umumnya terbatas pada deskripsi pengetahuan sebagai sebuah artefak. Faktanya, ancaman kepunahan bukan hanya terjadi pada artefak, tapi juga pengetahuan dan sumber pengetahuannya. Salah satu gagasan dan strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengkaji tektonika sebagai atribut fundamental untuk menyelamatkan artefak sekaligus pengetahuan konstruksinya. Kajian tektonika dinilai layak diteliti sebagai resolusi terhadap degenerasi budaya dan dokumentasi pengetahuan yang terjadi pada Rumoh Aceh saat ini. Oleh karena itu, penelitian mendalam diperlukan untuk menginvestigasi, mendokumentasikan dan meregenerasi pengetahuan tektonika Rumoh Aceh.
Tujuan utama penelitian ini adalah mendokumentasikan, menemukenali, dan mengodifikasi aturan (rule) gramatika tektonika Rumoh Aceh melalui pendekatan Gramatika Tektonika Lokal. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini berfokus pada pengembangan model investigasi dan integrasi pengetahuan eksplisit, implisit, dan artefaktual, dilanjutkan dengan ekstraksi dan reinterpretasi sistematis pengetahuan tektonika ke dalam seperangkat aturan formal. Hasil kodifikasi ini digunakan untuk merumuskan model regenerasi esensi pengetahuan tektonika Rumoh Aceh agar aplikatif dalam konteks arsitektur kontemporer, sekaligus melestarikan nilai budayanya.
Penelitian ini menggunakan desain sekuensial eksploratori (Exploratory Sequential Mixed Methods Design). Pendekatan ini secara struktural diawali dengan fase kualitatif, yang kemudian diikuti oleh fase kuantitatif, di mana seluruh sekuens dirancang secara sistematis untuk mengintegrasikan data secara bertahap dan terstruktur, mencakup proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi data di setiap tahap.
Metodologi penelitian ini mengadopsi pendekatan komprehensif yang terstruktur dalam enam tahapan utama: investigasi aspek pengetahuan tektonika, investigasi pengetahuan tektonika, investigasi pengetahuan tektonika artefak, artikulasi pengetahuan tektonika, kodifikasi pengetahuan tektonika, dan regenerasi pengetahuan tektonika Rumoh Aceh. Proses validasi dilakukan melalui triangulasi dua tahap. Tahap pertama berfokus pada validasi ahli terhadap taksonomi pengetahuan tektonika yang disintesis dari pengetahuan eksplisit dan implisit. Tahap kedua adalah dokumentasi pengetahuan tektonika Rumoh Aceh berdasarkan tiga aspek kunci, yaitu pengetahuan eksplisit (kerangka teoritis), pengetahuan implisit (keahlian), dan artefak (bukti fisik yang memvalidasi temuan).
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan utama yang signifikan. Secara fundamental, studi ini berhasil mengidentifikasi dan merumuskan taksonomi aspek pengetahuan tektonika Rumoh Aceh. Berdasarkan taksonomi tersebut, dikembangkanlah sebuah kerangka teoritis dan metodologis berupa Model Konseptual Gramatika Tektonika Lokal (GTL), atau Local Tectonic Grammar (LTG). Model GTL merupakan pendekatan baru yang berfungsi ganda sebagai alat analisis dan alat berpikir (thinking tool) yang sistematis. pendekatan ini memfasilitasi proses artikulasi dan kodifikasi pengetahuan tektonika Rumoh Aceh.
Implikasi dari temuan ini sangat luas. Pertama, memberikan basis pengetahuan kritis untuk perumusan strategi pelestarian yang tepat, efektif, dan berkelanjutan, demi menjaga keberlanjutan warisan arsitektur ini. Lebih dari sekadar konservasi fisik, melalui lensa tektonika dan gramatika bentuk, Rumoh Aceh tidak hanya sebagai warisan budaya yang statis, melainkan berfungsi sebagai medium untuk memperkaya pemahaman mengenai bagaimana suatu peradaban merajut narasi eksistensinya melalui karya arsitektur. Hal ini memastikan Rumoh Aceh dapat dipertahankan sebagai warisan yang hidup dan relevan, berfungsi sebagai penghubung fungsional dan filosofis antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Selain itu, proses ini membuka peluang signifikan untuk inovasi arsitektur kontemporer yang berlandaskan pada nilai-nilai dan keunggulan tektonika lokal, menegaskan bahwa warisan budaya ini dapat terus hidup dan berkontribusi pada perkembangan arsitektur masa kini.
Penelitian ini memberikan kontribusi substansial dengan mengembangkan model metodologi Gramatika Tektonika Lokal (Local Tectonic Grammar), yang memperkaya disiplin arsitektur. Secara praktis, temuan ini berfungsi sebagai landasan ilmiah yang kuat untuk pelestarian aset pengetahuan Rumoh Aceh secara terstruktur dan berkelanjutan. Selain itu, studi ini menawarkan solusi inovatif untuk penyelamatan warisan budaya takbenda dan secara aktif mendorong kesadaran serta motivasi masyarakat untuk melestarikan pengetahuan dan artefak budaya Rumoh Aceh.
Perpustakaan Digital ITB