ABSTRAK _ Gontar Amin
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB I
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab II
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab III
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB IV
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Desain pencahayaan Gedung Olahraga (GOR) sering kali hanya berfokus pada aspek visual seperti tingkat iluminansi dan keseragaman, tanpa memperhatikan efek non-visual cahaya. Cahaya tidak hanya memengaruhi penglihatan, tetapi juga berdampak pada fisiologi manusia, termasuk penyesuaian ritme sirkadian, peningkatan kewaspadaan, dan penekanan melatonin. Penelitian sebelumnya telah memperkenalkan metrik seperti Melanopic Equivalent Daylight Illuminance (mel- EDI) dan Circadian Stimulus (CS) untuk mengukur efek non-visual akibat cahaya. Namun, penerapan desain pencahayaan berbasis efek non-visual di Indonesia, terutama pada GOR, masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi perangkat lunak ALFA sebagai alat simulasi efek visual dan non- visual cahaya, serta mengoptimalkan desain pencahayaan elektrik pada GOR KONI Bandung, khususnya untuk olahraga bulu tangkis.
Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran di lapangan terhadap hasil simulasi perangkat lunak ALFA menggunakan analisis Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Parameter yang dievaluasi meliputi iluminansi vertikal, mel-EDI, dan CS. Optimisasi dilakukan dengan memvariasikan ketinggian luminer, sudut kemiringan luminer, posisi luminer, jarak antara luminer, dan reflektansi lantai lapangan untuk mencapai desain pencahayaan yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat lunak ALFA memiliki akurasi yang baik, dengan nilai rata-rata galat sebesar 14% untuk iluminansi vertikal, 13% untuk mel-EDI, dan 4% untuk CS. Selain itu, ALFA juga mampu menghasilkan iradiansi spektral yang mirip dengan hasil pengukuran.
Optimisasi desain menghasilkan kombinasi terbaik dengan ketinggian luminer 11 m, sudut kemiringan luminer 30°, posisi luminer pada 45 cm dari titik awal, jarak antara luminer 1,8 m dan reflektansi lantai lapangan 0,2. Kombinasi ini memenuhi standar BS EN 12193:2018 untuk pencahayaan olahraga dan rekomendasi International WELL Building Institute untuk efek non-visual. Penelitian ini membuktikan bahwa perangkat lunak ALFA dapat diandalkan untuk simulasi pencahayaan berbasis efek visual dan non-visual. Hasil penelitian diharapkan menjadi panduan dalam desain pencahayaan GOR di Indonesia dan mendorong pengembangan regulasi pencahayaan yang lebih integratif.
Kata kunci: ALFA, efek visual dan non-visual cahaya, optimisasi, pencahayaan elektrik, validasi
Perpustakaan Digital ITB