Gempa bumi Cianjur pada tahun 2022 dengan magnitudo Mw 5,6 yang terjadi di
Jawa Barat, Indonesia, menimbulkan guncangan kuat (MMI V–VI) dan
mengakibatkan korban jiwa yang cukup besar. Untuk memahami kondisi bawah
permukaan yang terkait dengan kejadian ini, studi tomografi atenuasi seismik
dilakukan dengan memanfaatkan data dari jaringan seismograf lokal temporer.
Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui karakteristik lapisan
seismogenik yang berperan dalam proses terjadinya gempa bumi utama dan
aktivitas susulannya. Data gelombang seismik dari kejadian gempa susulan
dianalisis menggunakan pendekatan spectral matching dengan metode Gridsearch,
Metropolis, dan gabungan untuk menghitung waktu atenuasi ?????
???? dan ?????
????. Selanjutnya,
model tiga dimensi koefisien kualitas gelombang P (????????) dan gelombang S (????????)
dimodelkan menggunakan perangkat lunak simul2023. Resolusi dari model
diperiksa melalui uji checkerboard, Derivative Weight Sum (DWS), dan Diagonal
Resolution Elements (DRE). Hasil tomografi menunjukkan adanya zona Q rendah
yang dominan di atas pusat gempa utama dan berdekatan dengan Gunung Gede
Pangrango. Zona ini mengindikasikan keberadaan batuan yang cenderung lunak,
atau memiliki zona rekahan berfluida dan temperatur tinggi. Temuan ini dapat
menjelaskan sulitnya ditemukan rekahan permukaan akibat gempa utama. Rekahan
permukaan yang jelas tentu akan sulit diamati di lapisan lunak beratenuasi tinggi di
dekat permukaan ini. Sebaliknya, zona Q tinggi ditemukan pada kedalaman lebih
dari 6 km, yang mencerminkan batuan yang lebih padat dan kaku dan
diinterpretasikan sebagai zona seismogenik. Batas transisi antara zona Q rendah
dan Q tinggi ini menunjukkan korelasi yang sangat kuat dengan sebaran aktivitas
gempa susulan. Sedangkan gempa utama sendiri terjadi di dalam zona Q tinggi, di
sekitar wilayah peralihan antara zona kuat dan lemah. Hal ini dikarenakan di
kondisi inilah batuan mampu menahan beban gaya, tetapi cenderung tidak sekuat
bagian lainnya sehingga terjadilah gempa di area ini. Secara keseluruhan, penelitian
ini menunjukkan bahwa model atenuasi seismik dapat memberikan informasi
penunjang yang melengkapi model kecepatan seismik karena sensitivita
Perpustakaan Digital ITB