Pada 21 November 2022, gempabumi dengan magnitudo 5.6 Mw dan kedalaman 10 km mengguncang wilayah Cianjur dan sekitarnya. Gempa ini diidentifikasi awal sebagai gempa tektonik kerak dangkal yang kemudian diikuti oleh serangkaian gempa susulan telah menyebabkan kerugian ekonomi, kerusakan bangunan dan korban jiwa. Struktur yang menyebabkan kegempaan ini masih diperdebatkan mengingat episenter gempa berjarak cukup jauh dari Sesar Cimandiri dan Gunungapi Gede, sehingga perlu identifikasi lebih lanjut terkait kompleksitas struktur dan karakteristik sumber gempa tersebut menggunakan tomografi seismik. Akuisisi data dilakukan dengan memasang jaringan seismograf sebanyak 20 stasiun yang terdiri dari 1 jenis broadband seismometer dan 19 jenis short-period seismometer. Tahapan pengolahan data meliputi penentuan waktu tiba gelombang P dan S dari kegempaan susulan periode 22 November – 23 Desember 2022, penentuan lokasi hiposenter menggunakan metode non-linier dan inversi tomografi menggunakan metode least-square. Diperoleh sebanyak 514 event yang terdiri dari 4494 waktu tiba gelombang P dan 3379 waktu tiba gelombang S yang direkam oleh 20 stasiun seismograf temporer. Analisis gempa susulan menunjukan hiposenter terdistribusi pada kedalaman 3-10 km dengan segmentasi Barat Laut-Tenggara (NNW-SSE) yang panjang segmennya mencapai 8-10 km. Hasil tomogram menunjukan bahwa sebagian besar gempa susulan Cianjur 5.6 Mw terjadi pada zona seismogenik dengan anomali kecepatan tinggi dan rasio vp/vs rendah. Anomali tersebut dikaitkan dengan batuan kering yang mengalami peningkatan densitas keretakannya. Selain itu ditemukan sebagian klaster gempa berada pada anomali kecepatan rendah dan rasio vp/vs tinggi yang mengindikasikan intrusi fluida yang mengisi celah keretakan batuan di area sumber gempa. Uji resolusi menunjukan tomogram dapat diinterpretasi dengan baik hingga kedalaman 10 km.