Banyaknya potensi gempa di Indonesia mengakibatkan struktur bangunan harus
dirancang menggunakan sistem struktur tahan gempa. Namun, diketahui
bangunan-bangunan eksisting banyak yang masih dirancang belum memenuhi
persyaratan SNI yanga ada. Pada peraturan SNI terbaru, syarat kegempaan
maupun penulangan untuk struktur tahan gempa sudah sangat ketat. Struktur
zaman sekarang disyaratkan tetap stabil ketika gempa terjadi. Selain persyaratan
tersebut yang juga penting adalah directivity gempa karena tidak dapat diprediksi.
Hal ini membuat perencana harus menghitung gaya dalam dengan directivity yang
berbeda untuk mengetahui gaya dalam yang paling besar yang akan digunakan pada
perencanaan. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi pada bangunan eksisting untuk
memitigasi resiko akibat perubahan beban gempa dan untuk mengetahui
seberapa baik kinerja struktur aktual dari bangunan tersebut. Jika dari hasil
evaluasi, bangunan eksisting tidak memenuhi level kinerja yang ditargetkan
maka perlu dilakukan perbaikan struktur untuk meningkatkan kinerja struktur.
Pada studi ini digunakan 2 directivity gempa dengan model struktur beton
bertulang yang berfungsi sebagai rusunawa dengan ketinggian 10 lantai yang
terletak di kota Bandung dengan kondisi tanah sedang (SD). Bangunan
eksisting dievaluasi dengan analisis pushover dan analisis nonlinear riwayat
waktu (NLTHA) dengan 3 (tiga) pasang gempa riwayat waktu yang telah
diskalakan dengan metode spectral matching. Respon struktur yang akan
dibandingkan adalah mekanisme keruntuhan dan level kinerja berdasarkan
directivity yang ditinjau.