ABSTRAK Dhafa Kusumah Perdana
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Inklusi kaku (Rigid Inclusion, RI) merupakan salah satu teknik perbaikan tanah yang efektif untuk konstruksi di atas tanah lunak. Dalam praktiknya, RI dapat dibedakan menjadi dua tipe utama: RI untuk timbunan dan RI untuk fondasi struktural. Studi ini memfokuskan pada tipe kedua yang pada studi ini akan disebut dengan istilah fondasi tiang rakit tidak terhubung (Disconnected Piled Raft, DPR). Pada sistem DPR, Load Transfer Platform (LTP) berperan krusial dalam mendistribusikan beban dari struktur atas ke tiang. Ketiadaan pedoman desain yang baku terkait konfigurasi kekakuan dan geometri LTP—meliputi ketebalan, modulus elastisitas material, dan jarak spasi tiang—menyebabkan ketidakpastian dalam perancangan. Kondisi LTP yang tidak tepat dapat memicu penurunan berlebih, kegagalan punching, atau transfer beban yang tidak efisien.
Penelitian ini bertujuan mengkaji secara parametrik pengaruh kekakuan dan geometri LTP terhadap kinerja sistem DPR dalam kondisi layan. Analisis dilakukan menggunakan pemodelan numerik tiga dimensi (3D unit cell approach) pada perangkat lunak MIDAS GTS-NX, dengan model dasar divalidasi terhadap data uji skala penuh RI timbunan dari Briançon dan Simon (2012). Hasil komparatif menunjukkan bahwa pada kedua sistem—RI timbunan dan DPR—soil arching terbentuk dengan mekanisme dan ketinggian relatif serupa. Namun, DPR menunjukkan kinerja lebih unggul dalam mengurangi penurunan diferensial dan meningkatkan efisiensi beban akibat peran raft yang kaku, yang memaksa bidang penurunan menjadi seragam dan menyalurkan beban secara aktif ke kepala tiang.
Studi parametrik dilakukan dengan memvariasikan modulus elastisitas LTP, ketebalan LTP, dan jarak antar tiang pada model dasar DPR yang telah dibuat, dengan fokus pada tiga indikator kinerja: penurunan total dan diferensial, efikasi transfer beban ke tiang, serta momen lentur pada raft. Hasil menunjukkan adanya trade-off signifikan antara parameter-parameter tersebut. Peningkatan kekakuan LTP efektif menekan penurunan diferensial dan meningkatkan efisiensi beban, namun berpotensi meningkatkan momen lentur akibat efek hard point. Sebaliknya, penambahan ketebalan LTP mengurangi momen lentur dengan menghomogenisasi tumpuan, tetapi menurunkan efikasi beban dan meningkatkan penurunan diferensial. Kemudian pelebaran spasi tiang secara konsisten memperburuk efikasi beban dan menaikkan penurunan serta momen lentur pada raft.
Dalam perancangan, jarak antar tiang harus ditetapkan dengan mempertimbangkan kapasitas dukung individual tiang serta faktor keamanan yang dipersyaratkan. Selanjutnya, ketebalan LTP harus di desain seminimum mungkin namun tetap cukup untuk terbentuknya soil arching sempurna, dimana pada studi ini ketebalan minimum yang direkomendasikan adalah 0.7 kali jarak bersih antar tiang [H ? 0.7 (s?a)]. Terakhir, ditemukan pula bahwa kekakuan LTP cukup berpengaruh pada performa sistem, oleh sebab itu pentingnya kualitas pemadatan yang dilaksanakan untuk menjamin performa yang dapat ditawarkan oleh LTP
Perpustakaan Digital ITB