digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Integrasi antara air permukaan dan air bawah tanah (soil water dan airtanah) sangat penting untuk pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, karena kedua komponen tersebut saling terhubung secara hidrologis melalui proses limpasan permukaan (runoff), aliran antara (interflow), dan aliran dasar (baseflow). Sebagai komponen yang tidak terpisahkan dari sistem hidrologi, air tanah dan air dalam tanah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap aliran sungai dalam perhitungan ketersediaan air di daerah aliran sungai (DAS). Dengan mengakui hubungan yang kuat tersebut, penelitian sebelumnya telah mengusulkan persamaan sederhana (proposed equation) berdasarkan metode rasional untuk memperkirakan debit potensial (potential discharge) dan aliran andal (dependable flow) dengan mempertimbangkan DAS yang sepenuhnya terdelineasi dalam satu cekungan air tanah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengembangkan persamaan yang lebih sederhana (proposed equation) untuk memperkirakan aliran andal berdasarkan debit potensial yang secara efektif mengintegrasikan parameter limpasan permukaan, aliran antara, dan aliran dasar dalam DAS yang sepenuhnya terdelineasi dalam satu cekungan air tanah. Persamaan yang diusulkan ini dibandingkan dengan tiga metode lain, yaitu FJ. Mock, Sacramento, dan NRECA. Penelitian ini dilaksanakan pada enam DAS terpilih, yaitu Cidanau, Kupang, Kuto, Sampean, Belawan, dan Kumai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proposed Equation memiliki koefisien korelasi tertinggi dibandingkan metode lainnya, kecuali pada DAS Kuto, dan mencapai klasifikasi RSR “sangat baik”, dengan pengecualian DAS Belawan. Integrasi parameter ? (koreksi luas DAS) dan ? (koreksi aliran dasar) dalam persamaan yang diusulkan secara substansial meningkatkan kemampuan persamaan tersebut dalam memperkirakan debit potensial dan aliran andal pada DAS yang sepenuhnya terdelineasi dalam satu cekungan air tanah. Peningkatan ini tercermin baik dari kinerja statistik—ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang lebih tinggi dan nilai RSR yang lebih rendah—maupun dari representasi yang lebih realistis terhadap proses hidrologi melalui pertimbangan bersama limpasan permukaan, aliran antara, dan aliran dasar. Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa persamaan yang diusulkan bekerja secara optimal pada DAS kecil (<250 km²), di mana nilai korelasi secara konsisten melebihi 60%, sementara akurasinya menurun seiring bertambahnya luas DAS. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan yang diusulkan, sebagai bentuk modifikasi dari metode rasional, paling cocok untuk sistem hidrologi berskala kecil di mana dinamika aliran permukaan dan bawah tanah selaras dengan asumsi dasar model. Secara keseluruhan, persamaan yang diusulkan menawarkan alat yang praktis dan efisien untuk mendukung perencanaan strategis sumber daya air di Indonesia.