digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) adalah strategis dalam mengurangi deforestasi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Masyarakat Desa Durian Rambun di Provinsi Jambi telah melaksanakan PHBM dengan menerapkan skema hutan desa sejak tahun 2011. Pelaksanaan PHBM di desa ini dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk dampak perubahan iklim, perubahan kebijakan pemerintah, serta kerusakan hutan. Dalam situasi ini, masyarakat memiliki kapasitas untuk beradaptasi yang disebut dengan resiliensi. Kemampuan ini menjadi fondasi penting dalam menjamin keberhasilan pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan. Penelitian mengenai resiliensi masyarakat ini menggunakan kerangka sistem sosialekologi (SES) untuk memahami interaksi kompleks antara komponen sosial dan ekologis dan kerangka resiliensi tri capital untuk menilai tingkat resiliensi berdasarkan ketersediaan 3 modal, yaitu alam, sosial, dan ekonomi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan triangulasi metode seperti wawancara, observasi, FGD, dan analisis dokumen, yang dianalisis menggunakan content analysis dan GAP analysis. Temuan penelitian menunjukkan bahwa sistem SES di Durian Rambun memperlihatkan pola interaksi yang kompleks namun relatif sinergis, di mana aktor-aktor lokal seperti Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD), masyarakat, dan lembaga adat berperan aktif dalam proses pengelolaan yang didukung oleh peraturan formal, norma adat, serta ditopang oleh keberagaman dan produktivitas ekosistemnya. Tekanan dan guncangan yang saat ini masih dihadapi oleh masyarakat di antaranya migrasi, perambahan hutan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), herbisida dan pupuk, hama dan penyakit tanaman, fluktuasi harga komoditas, dan perubahan iklim. Interaksi antara modal menghasilkan cara adaptasi masyarakat yang unik misalnya interaksi antara modal sosial dan ekonomi menghasilkan bentuk-bentuk kerja sama seperti relasi patron-klien, resiprositas melalui arisan kebun, dan gotong royong. Interaksi antara modal sosial dan lingkungan mendorong masyarakat untuk membuat lubuk larangan, peraturan adat, dan peraturan desa yang mengatur pengelolaan sumberdaya alam. Interaksi antara ekonomi dan lingkungan memungkinkan masyarakat untuk berganti komoditas yang ditanam dan menerapkan pola pertanian polikultur sehingga berpeluang mendapatkan sumber pendapatan yang beragam. Interaksi dari ketiga modal memungkinkan masyarakat dapat mengakses pendanaan berkelanjutan. Berdasarkan analisis tricapital, resiliensi masyarakat di Durian Rambun masuk dalam kategori sedang. Program PHBM di Desa Durian Rambun memiliki dampak positif dalam penguatan modal sosial dan modal alam, sementara untuk modal ekonomi belum menunjukkan dampak yang signifikan. Untuk memperkuat ketahanan sosial-ekologis, strategi penguatan resiliensi difokuskan pada lima aspek utama: penguatan pengelolaan kawasan melalui kegiatan patroli dan monitoring kawasan secara berkala dan penguatan penegakan hukum, penguatan kelembagaan LPHD dan KUPS melalui pelatihan dan memperkuat jejaring eksternal, perluasan akses modal melalui hibah atau pinjaman dan mencari potensi pendanaan berkelanjutan, penguatan akses pasar dengan membangun kerjasama usaha dengan mitra potensial, serta memberikan pelatihan penanganan hama dan penyakit tanaman dan peningkatan kualitas pasca panen untuk peningkatan produktivitas dan kualitas komoditas unggulan. Strategi ini diharapkan mampu membangun ketahanan masyarakat secara lebih adaptif dan berkelanjutan dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan dan ekonomi.