digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-6 menargetkan akses air bersih yang aman, merata, dan terjangkau pada tahun 2030. Namun, kawasan pesisir di Indonesia masih menghadapi krisis air bersih akibat keterbatasan infrastruktur, pertumbuhan penduduk, dan tekanan lingkungan. Pendekatan pengelolaan air terkini menekankan pentingnya resiliensi spasial, yaitu kemampuan wilayah dan masyarakat beradaptasi terhadap gangguan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bentuk adaptasi masyarakat, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya, serta memetakan pola dan tingkat resiliensi spasial. Metode yang digunakan mencakup analisis deskriptif statistik, uji chi-square, pembobotan dan skoring, serta analisis spasial berbasis GIS. Hasil menunjukkan empat kategori adaptasi: diversifikasi sumber air, adaptasi teknis, institusional, dan sosial berbasis perilaku. Empat faktor utama yang paling berpengaruh terhadap kapasitas adaptasi adalah jarak permukiman, ketinggian wilayah, kuantitas, dan kualitas air. Wilayah yang lebih jauh dari pantai cenderung memiliki resiliensi lebih tinggi, menunjukkan pengaruh signifikan dari faktor spasial dan lingkungan dalam membentuk ketahanan masyarakat