Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-6 menargetkan akses air bersih
yang aman, merata, dan terjangkau pada tahun 2030. Namun, kawasan pesisir di
Indonesia masih menghadapi krisis air bersih akibat keterbatasan infrastruktur,
pertumbuhan penduduk, dan tekanan lingkungan. Pendekatan pengelolaan air
terkini menekankan pentingnya resiliensi spasial, yaitu kemampuan wilayah dan
masyarakat
beradaptasi
terhadap
gangguan.
Penelitian
ini
bertujuan
mengidentifikasi bentuk adaptasi masyarakat, menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhinya, serta memetakan pola dan tingkat resiliensi spasial. Metode yang
digunakan mencakup analisis deskriptif statistik, uji chi-square, pembobotan dan
skoring, serta analisis spasial berbasis GIS. Hasil menunjukkan empat kategori
adaptasi: diversifikasi sumber air, adaptasi teknis, institusional, dan sosial berbasis
perilaku. Empat faktor utama yang paling berpengaruh terhadap kapasitas adaptasi
adalah jarak permukiman, ketinggian wilayah, kuantitas, dan kualitas air. Wilayah
yang lebih jauh dari pantai cenderung memiliki resiliensi lebih tinggi, menunjukkan
pengaruh signifikan dari faktor spasial dan lingkungan dalam membentuk
ketahanan masyarakat
Perpustakaan Digital ITB