Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, dengan perhatian signifikan pada sektor transportasi, kontributor utama emisi gas rumah kaca. Pemerintah Indonesia telah menetapkan tujuan untuk menyebarkan 13 juta kendaraan listrik (EV) pada tahun 2030, dengan memandang adopsi EV sebagai langkah penting menuju pengurangan emisi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Meskipun target agresif ini dan langkah-langkah regulasi yang mendukung, tingkat adopsi EV masih relatif rendah. Kendala utama meliputi biaya awal yang tinggi, terutama karena baterai lithium-ion yang mahal, infrastruktur pengisian daya yang terbatas, skeptisisme konsumen mengenai keandalan dan pemeliharaan baterai, dan skema pembiayaan yang tidak memadai yang disesuaikan untuk pembelian EV. Untuk mengatasi tantangan ini, model bisnis inovatif seperti skema penyewaan baterai telah muncul sebagai solusi potensial. Skema ini secara signifikan menurunkan harga pembelian awal dengan memisahkan biaya baterai dari kendaraan, sehingga mengurangi hambatan keuangan konsumen dan mengurangi kekhawatiran atas masa pakai dan pemeliharaan baterai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor utama yang memengaruhi preferensi konsumen terhadap skema penyewaan baterai dan efektivitasnya dalam meningkatkan adopsi kendaraan listrik roda empat di Indonesia. Studi ini menggunakan analisis gabungan, sebuah teknik statistik yang banyak digunakan untuk mengukur struktur preferensi konsumen dan mensimulasikan pilihan pasar. Secara khusus, metode gabungan berbasis pilihan (CBC) digunakan untuk menilai secara kuantitatif trade-off konsumen di antara atribut-atribut penting seperti biaya sewa, durasi garansi, biaya
penggantian, dan kualitas layanan purnajual.
Studi ini mengikuti metodologi terstruktur yang dimulai dengan tinjauan pustaka yang ekstensif untuk mengidentifikasi faktor-faktor adopsi EV yang penting. Studi ini mengintegrasikan teori-teori seperti Theory of Planned Behavior (TPB) dan Technology Acceptance Model (TAM) untuk memberikan landasan teoritis yang komprehensif. Tahap empiris melibatkan pengumpulan data melalui survei daring terstruktur yang menargetkan individu-individu di wilayah metropolitan Jakarta dengan potensi pembelian dan minat terhadap EV. Data ini akan memfasilitasi identifikasi skema penyewaan baterai yang optimal, yang menangani prioritas konsumen seperti keterjangkauan, kenyamanan, dan keandalan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya sewa merupakan atribut terpenting yang mempengaruhi pilihan konsumen, yang mencakup 40% dari total kepentingan. Diikuti oleh durasi garansi baterai (30%), kualitas layanan purnajual (20%), dan biaya penggantian baterai (10%). Di antara skenario yang diuji, Skenario 3 yang menampilkan biaya sewa bulanan moderat (Rp800.000), garansi seumur hidup, penggantian baterai gratis, dan layanan purnajual yang komprehensif muncul sebagai yang paling disukai, dengan pangsa pasar tertinggi sebesar 35%.
Temuan ini memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti bagi para pembuat kebijakan, produsen kendaraan listrik, dan produsen baterai seperti Gosion Indonesia, dengan menyoroti atribut skema sewa baterai yang paling berharga dan keinginan konsumen untuk mengadopsinya. Wawasan ini sangat penting untuk menyempurnakan strategi bisnis, memengaruhi formulasi kebijakan, dan pada akhirnya mempercepat pertumbuhan pasar kendaraan listrik.
Penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap literatur yang ada dengan membahas topik skema sewa baterai yang kurang dieksplorasi di pasar negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini menjembatani kesenjangan antara kerangka teoritis dan implementasi praktis, serta menyediakan peta jalan strategis untuk meningkatkan adopsi kendaraan listrik melalui solusi yang berorientasi pada konsumen.
Perpustakaan Digital ITB