Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Mtb.) masih
menjadi salah satu penyebab kematian utama di Indonesia dan dunia. Penyakit ini
pada umumnya menyebar melalui droplet berisi Mtb. di udara dengan sumber
utama orang dengan TB aktif dan belum diobati. Penyakit ini akan menyerang
sistem pernafasan manusia dengan merusak jaringan paru-paru dan dapat berakibat
kematian jika tidak cepat ditangani. Sementara itu, metode diagnostik konvensional
seperti ELISA, PCR, fluorescent assay, dan flow cytometry umumnya memerlukan
waktu analisis yang panjang, instrumen kompleks, serta biaya tinggi. Teknologi
biosensor berbasis surface plasmon resonance (SPR) menawarkan deteksi realtime,
tanpa label analit, dan kuantitatif, namun performanya sangat ditentukan oleh
rekayasa antarmuka permukaan chip, terutama terkait densitas situs ikat
bioreseptor, stabilitas lapisan, serta optical loss.
Penelitian ini bertujuan mengembangkan biosensor SPR berbasis komposit
CoxOy/MOF-808 yang disintesis melalui metode yang lebih ramah lingkungan
sebagai platform deteksi protein CFP-10 Mtb. CFP-10 merupakan antigen sekresi
awal biomarker spesifik Mtb. yang tidak dijumpai pada Mycobacterium nontuberkulosis,
sehingga sangat potensial untuk deteksi dini. Tujuan penelitian ini
meliputi: (1) memperoleh prosedur dan parameter sintesis refluks hidrotermal
berpelarut air untuk menghasilkan MOF-808 oktahedral dengan luas permukaan
spesifik tinggi dan ukuran partikel kecil; (2) mensintesis komposit CoxOy/MOF-
808 melalui metode poliol sehingga nanopartikel kobalt oksida dapat menyelimuti
permukaan dan sebagian terinkorporasi ke dalam kerangka MOF-808; (3)
memproduksi chip biosensor SPR emas/CoxOy/MOF-808/CFP-10 antibodi yang
seragam dan stabil; serta (4) menganalisis pengaruh material MOF-808, CoxOy, dan
komposit dari kedua material tersebut (CoxOy/MOF-808) yang divariasikan
perbandingan massa dari kedua material tersebut terhadap kinerja biosensor dalam
mendeteksi CFP-10, meliputi sensitivitas, rentang linier, limit of detection (LoD),
selektivitas, stabilitas, dan reprodusibilitas.
MOF-808 disintesis menggunakan prekursor ZrOCl2·8H2O dan H3BTC melalui
metode refluks hidrotermal berpelarut air dengan asam asetat sebagai modulator,
sedangkan komposit CoxOy/MOF-808 disiapkan menggunakan metode poliol
dalam etilen glikol dengan prekursor kobalt dan PVP sebagai penstabil,
menghasilkan tiga rasio massa CoxOy/MOF-808, yaitu 1CM8, 2CM8, dan 3CM8
dengan rasio kobalt:MOF-808 masing-masing sebesar 1:1,5; 1:1; dan 1:0,5.
Material yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan XRD, FTIR, Raman, UV–
Vis, BET, dan SEM–EDS untuk mengonfirmasi struktur kristal, gugus fungsi, sifat
optik, tekstur pori, dan morfologi permukaan. Material kemudian dideposisikan
tipis dan merata di atas chip emas menggunakan metode spin coating, diikuti
pembentukan monolapis 11-mercaptoundecanoic acid, aktivasi EDC/NHS,
imobilisasi antibodi CFP-10 (CFP-10Ab), dan blocking dengan BSA. Pengujian
SPR dilakukan menggunakan instrumen NanoSPR6 dengan aliran buffer Tris–HCl
dan variasi konsentrasi CFP-10 50–500 ng/mL. Data ?RU dianalisis menggunakan
model adsorpsi isotherm Langmuir–Freundlich dan regresi linier untuk
memperoleh parameter afinitas, sifat kooperatif adsorpsi, sensitivitas, serta LoD.
Hasil XRD menunjukkan bahwa pada sampel komposit CoxOy/MOF-808, struktur
MOF-808 masih mempertahankan keteraturan bidang (111), (113), dan (222)
meskipun kehadiran fase CoxOy bersifat lebih amorf, mengindikasikan bahwa
inkorporasi kobalt terjadi tanpa menghancurkan kerangka utama MOF-808.
Karakterisasi FTIR dan Raman mengonfirmasi keberadaan gugus karboksil yang
melimpah serta pita fingerprint logam oksida yang kuat pada material komposit,
menggambarkan keseimbangan antara situs karboksil yang diperlukan untuk
biokonjugasi antibodi dan situs logam berperan dalam peningkat stabilitas sensor.
Spektrum UV–Vis menunjukkan absorbansi yang sangat rendah pada wilayah
operasi laser SPR, sehingga optical loss minimal. Analisis BET mengungkapkan
luas permukaan spesifik 1CM8 sebesar 267,4 m²/g dengan porositas mayoritas ~3,5
nm, yang menyediakan antarmuka berpori untuk mendukung imobilisasi dan
distribusi bioreseptor. Citra SEM-EDS untuk sampel 1CM8 menunjukkan partikel
oktahedral dengan sudut membulat dan ukuran rata-rata ~906,9 nm dengan
distribusi kobalt yang berkemungkinan berada baik pada kerangka maupun
permukaan MOF-808.
Pengujian SPR menunjukkan bahwa seluruh chip termodifikasi menghasilkan
sinyal ?RU yang lebih tinggi dibandingkan chip emas tanpa material pada rentang
50–500 ng/mL CFP-10, menandakan keberhasilan modifikasi permukaan dalam
meningkatkan jumlah situs ikat antibodi. Fitting model Langmuir–Freundlich
menunjukkan bahwa proses adsorpsi CFP-10 di antarmuka chip/antibodi bersifat
kooperatif, sejalan dengan kemungkinan terjadinya restrukturisasi hidrasi dan
perubahan lingkungan permukaan setelah pengikatan antigen awal. Inkorporasi
kobalt pada MOF-808 secara umum meningkatkan stabilitas sensor namun disertai
penurunan sebagian densitas gugus karboksil, sehingga menimbulkan trade-off
antara peningkatan situs aktif logam dan kemampuan biokonjugasi. Di antara
seluruh variasi, chip emas yang dideposisikan dengan material 1CM8 menunjukkan
komposisi paling optimum dengan sensitivitas 0,49504 ?RU/ng/mL pada rentang
linier 50–350 ng/mL, LoD sekitar 2,30 ng/mL, kemampuan mempertahankan ~54%
sinyal awal setelah empat minggu penyimpanan dan pengujian berkala, serta
selektivitas yang baik terhadap CFP-10 dibandingkan interferen umum ditemui
dalam darah manusia seperti glukosa, asam urat, asam askorbat, dan urea.
Dibandingkan dengan biosensor SPR untuk deteksi biomarker Mtb. dalam literatur,
performa biosensor berbasis komposit CoxOy/MOF-808 ini berada pada kisaran
yang kompetitif, dengan keunggulan tambahan berupa penggunaan rute sintesis
material yang dapat diskalakan dan lebih ramah lingkungan dengan meminimalisir
penggunaan bahan toksik.
Perpustakaan Digital ITB