digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Aidila Fitria Syafa
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Sejak dahulu, masyarakat Jawa telah menganggap lintang kemukus sebagai isyarat terjadinya peristiwa besar yang berkaitan dengan suatu kerajaan. Kisah lintang kemukus dan pertarungan keris di masa akhir Majapahit sudah populer di masyarakat Jawa, diturunkan secara lisan maupun tertulis dalam bentuk babad, seperti Babad Segaluh-Mataram yang digunakan dalam penelitian ini. Kisah pada babad tersebut memuat pertarungan antara Keris Condongcampur, Keris Sengkelat, dan Keris Sabuk Inten. Pertarungan ini kemudian membuat keris yang kalah, yakni Condongcampur, menjelma menjadi lintang kemukus. Dalam astronomi, lintang kemukus diistilahkan sebagai komet. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi peristiwa lintang kemukus dengan kedatangan komet di masa akhir Majapahit (1402-1471). Penulis menggunakan data-data komet yang diambil dari buku ’Cometography Volume 1’ oleh Gary W. Kronk. Untuk mengidentifikasi rentang tahun tersebut, dilakukan studi literatur mengenai masa pemerintahan raja-raja Majapahit, terutama yang disinggung dalam cerita Babad Segaluh-Mataram. Penulis mengambil 6 kandidat komet dengan rentang tahun seperti di atas, lalu menganalisis kenampakannya di Pulau Jawa (Kota Mojokerto) menggunakan perangkat lunak Halley—Electronic Ephemerides of Comet dan Stellarium. Dari 6 kandidat komet, diambil Komet C/1471 Y1 sebagai kandidat utama. Hal ini dilatarbelakangi oleh tahun kemunculan komet yang sesuai pada rentang kepemimpinan Kertabhumi (raja dalam latar kisah lintang kemukus) serta catatan sejarah yang paling lengkap dan banyak dibandingkan kandidat komet lain. Hasil rekonstruksi menunjukkan bahwa Komet C/1471 Y1 terlihat di Mojokerto pada rentang 1 Desember 1471 hingga 21 Januari 1472 di dini hari dengan magnitudo yang paling tinggi dibandingkan kandidat lain.