digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Arkeoastronomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan manusia pada masa lampau melalui sudut pandang arkeologi, sejarah, etnografi, arsitektur atau seni yang dihubungkan dengan objek-objek astronomi seperti Matahari, Bulan, bintang, atau planet yang terlihat di langit. Bagi peneliti budaya, penelitian arkeoastronomi dapat membantu peneliti untuk menyusun salah satu alternatif interpretasi dari hasil pengamatan suatu tinggalan budaya. Dengan pengetahuan dan perhitungan astronomi yang dilibatkan, peneliti budaya dapat memberikan alternatif interpretasi baru yang sejalan dengan pengetahuan astronomi para pendukung budaya. Pengetahuan astronomi sudah melekat pada nenek moyang bangsa Indonesia sejak zaman prasejarah. Fakta tentang hal ini mendorong kami untuk membuat suatu dugaan bahwa tinggalan budaya bisa jadi dibuat atas pengetahuan astronomi yang telah nenek moyang kita miliki. Kami berusaha menelisik salah satu tinggalan budaya dari Kerajaan Kanjuruhan yaitu Prasasti Dinoyo. Berdasarkan hasil telaah singkat, Prasasti Dinoyo dikeluarkan pada tahun 760 Masehi, bertepatan dengan adanya peristiwa kedatangan kembali komet 1P/Halley menuju Matahari. Kami menduga bahwa Prasasti Dinoyo merupakan produk hasil respon masyarakat Kanjuruhan terhadap fenomena kedatangan komet 1P/Halley yang teridentifikasi pada tahun yang sama dengan tahun dikeluarkannya prasasti. Dalam penelitian ini, kami melakukan tiga jenis pengujian untuk menjawab dugaan yang telah dibuat. Pengujian pertama yaitu pengujian dalam aspek kronologis. Pengujian ini ditujukan untuk membuktikan secara kronologi bahwa upacara yang dilaksanakan di Kerajaan Kanjuruhan dilakukan setelah kenampakan komet 1P/Halley terlihat di langit Kanjuruhan. Pengujian kedua yaitu pengujian dalam aspek geografis. Pengujian ini ditujukan untuk membuktikan bahwa kenampakan komet 1P/Halley benar terlihat di langit Kanjuruhan. Pengujian terakhir yaitu pengujian dalam aspek budaya. Pengujian dalam aspek budaya ditujukan untuk menjelaskan simbol-simbol keastronomian pada Prasasti Dinoyo yang dapat memperkuat dugaan mengenai respon masyarakat Kanjuruhan terhadap peristiwa kedatangan komet 1P/Halley di langit Kanjuruhan. Pengujian pada aspek kronologis dan geografis dilakukan dengan menggunakan data hasil telaah isi prasasti yang dikolaborasikan dengan data hasil rekonstruksi orbit komet 1P/Halley tahun 760 Masehi yang dilakukan oleh Neuhäuser dkk pada tahun 2021. Adapun data hasil alih aksara dan terjemahan Prasasti Dinoyo yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil penafsiran Poerbatjaraka yang diterbitkan pada tahun 1992. Data-data tersebut menjadi acuan utama bagi peneliti sebelum melakukan peninjauan lanjutan melalui aplikasi astronomi Stellarium. Sementara itu, pengujian pada aspek budaya dilakukan melalui studi kepustakaan, khususnya dalam penafsiran simbol-simbol yang terdapat pada isi prasasti. Validitas argumen semakin kuat dengan adanya banyak dukungan data yang diperoleh. Sebaliknya, kurangnya data menghambat validitas argumen yang kami susun. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, kami menyimpulkan bahwa dalam perspektif arkeoastronomi, isi Prasasti Dinoyo menunjukkan pembuatan kediaman dan penggantian Arca Agastya di Kerajaan Kanjuruhan pada tahun 760 Masehi merupakan respon masyarakat Kanjuruhan terhadap peristiwa kedatangan komet 1P/Halley di tahun yang sama. Argumen ini diperkuat dengan hasil pengujian dari aspek kronologis dan geografis, serta hasil penafsiran tentang nama tokoh Dewasimha secara astronomi, tujuan pembangunan candi yang dikaitkan dengan kepercayaan terhadap kedatangan komet sebagai pertanda, penafsiran candrasengkala, serta adanya kisah Agastya dan raja Nahusha yang berkaitan dengan peristiwa kedatangan komet dan perintah A-nana yang tertera pada prasasti. Sementara itu, argumen-argumen yang melemahkan hipotesis kami adalah hasil penafsiran tokoh Dewasimha sebagai nama raja atau raja yang dianggap sebagai singa, kurangnya data yang dapat memvalidasi perintah A-nana sebagai respon dari peristiwa kedatangan komet, serta tidak adanya tradisi pembangunan kediaman dan arca yang ditemukan pada prasasti lain sebagai respon terhadap peristiwa kedatangan komet.