digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Arsyadillah Surya
PUBLIC Open In Flip Book Perpustakaan Prodi Arsitektur

Tersedianya data yang memadai tidak menjadikan kesadaran dan minat akan sejarah tumbuh terutama di kalangan generasi muda. Hal itu dilatarbelakangi oleh berbagai hal termasuk kurang informatif dan kurang menariknya data yang disampaikan. Di sisi lain, arsitektur yang banyak berbicara dengan bahasa visual mempunyai peluang besar untuk mempresentasikan data historis dalam format grafis yang informatif dan menarik. Pendekatan arsitektur membuka peluang untuk melihat informasi dan membacanya dalam format keruangan.. Proses rekonstruksi pada laporan ini akan merujuk berbagai sumber seperti kutipan pupuh dari kakawin Nagarakretagama sebagai sumber literatur peninggalan era Majapahit, temuan artefak pada situs arkeologi peninggalan Majapahit di Trowulan, rekonstruksi yang pernah dilakukan sebelumnya dan relief candi Minak Jinggo sebagai relief peninggalan era Majapahit. Adapun tipologi yang akan dikembangkan dalam rekonstruksi ini adalah permukiman dengan pertimbangan ketersediaan data bukti peninggalan dan potensi pengembangan kedepannya. Adapun metode yang digunakan dalam proses rekonstruksi ini adalah spekulatif-interpretatif yang memungkinkan pemikiran kreatif, kritis, serta rasional dalam suatu proses perancangan. Meskipun demikian, metode ini dikembangkan dengan tetap berdasar pada sumber faktual yang dapat dipertanggungjawabkan seperti relief atau tinggalan hasil ekskavasi. Argumentasi yang dibangun dalam proses penyusunan rekonstruksi merupakan hasil iterasi proses diskusi dan analisis terhadap data-data yang tersedia. Rekonstruksi menjadi penting untuk dilakukan karena tidak pernah ada sumber rujukan yang dapat mengilustrasikan bagaimana kondisi kehidupan era Majapahit khususnya suasana permukimannya, padahal kebanyakan masyarakat sering mendengar kebesaran kerajaan Majapahit sebagai kerajaan yang pernah eksis di Nusantara dengan cakupan area kekuasaannya yang sangat luas, sehingga perlu ada rekonstruksi yang dapat mengilustrasikan bagaimana perkiraan suasana permukiman beserta budaya berarsitekturnya secara lebih spesifik, sehingga hal ini dapat dijadikan pembelajaran bagi generasi yang akan datang tentang bagaimana implementasi local genius pada budaya berarsitektur nenek moyang. Proses rekonstruksi akan dilakukan dalam tiga tahapan secara mikro, meso dan makro. Mikro meliputi rekonstruksi arsitektural setiap massa bangunan yang terdapat dalam setiap perkarangan rumah, meso meliputi konfigurasi susunan tata letak setiap massa bangunan pada setiap perkarangan rumah. Dan makro meliputi rekonstruksi kawasan yang konfigurasinya disusun berdasarkan panil relief Minak Jinggo peninggalan era Majapahit. Hasil rekonstruksi ini diharapkan dapat memberikan gambaran sekaligus pembelajaran tentang bagaimana suasana permukiman era Majapahit beserta peninggalan-peninggalan arsitekturnya dengan disajikan dalam format digital berupa video yang informatif agar dapat menjadi media pembelajaran yang menarik sehingga dapat memicu meningkatnya minat masyarakat terhadap pembelajaran sejarah yang kian menurun.