Kosmetika yang beredar di masyarakat harus terjamin keamanannya. Salah satu
parameter keamanan kosmetika adalah toksisitas dari bahan yang terkandung di
dalamnya antara lain pewarna, pengawet dan tabir surya. Data toksisitas dapat
diperoleh dari pengujian secara in vitro dan in vivo. Akan tetapi, penggunaan
hewan uji untuk uji toksisitas kosmetika saat ini mulai terbatas. Hal ini
mendorong berkembangnya metode prediksi menggunakan komputasi untuk uji
toksisitas sebagai pendukung pengujian in vitro dan in vivo. Toksikologi in
silico adalah aplikasi dari teknologi komputer untuk menganalisis data dan
model yang ada serta memprediksi aktivitas toksik dari suatu zat. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan prediksi toksisitas bahan pewarna kosmetika
secara in silico. Prediksi toksisitas bahan pewarna kosmetika yang dilakukan
pada penelitian ini antara lain prediksi karsinogenisitas, prediksi mutagenisitas
dan prediksi sensitisasi kulit. Prediksi dilakukan menggunakan ADMET
Predictorâ„¢v.7.1.0013, OECD QSAR Toolbox v3.4, Toxicity Estimating
Software Tool (T.E.S.T.) v4.2, dan ToxTree v2.6.13. Verifikasi metode prediksi
dilakukan menggunakan senyawa kontrol dari Regulasi CLP dengan model
klasifikasi. Parameter yang digunakan untuk verifikasi metode prediksi adalah
parameter statistik Cooper. Hasil verifikasi metode prediksi diperoleh nilai
parameter statistik Cooper untuk sensitivitas, spesifisitas, akurasi, prediktivitas
positif dan prediktivitas negatif antara lain 0,6-1,0 pada metode prediksi
mutagenisitas, 0,7-0,8 pada metode prediksi karsinogenisitas dan 0,4-0,7 pada
metode prediksi sensitisasi kulit. Nilai rasio positif palsu dan rasio negatif palsu
0-0,3 pada metode prediksi mutagenisitas, 0.1-0.2 pada metode prediksi
karsinogenisitas dan 0,2-0,5 pada metode prediksi sensitisasi kulit. Nilai ROC
positif dan ROC negatif 2-?pada metode prediksi mutagenisitas, 2-6 pada
metode prediksi karsinogenisitas dan 0,96-2,55 pada metode sensitisasi kulit.
Metode prediksi yang digunakan menghasilkan prediksi senyawa bahan
pewarna kosmetika tidak toksik sebanyak 38 senyawa dan 96 senyawa bersifat
ii
toksik yaitu 21 senyawa bersifat karsinogen, mutagen dan skin sensitizer, 14
senyawa bersifat karsinogen dan skin sensitizer, 8 senyawa bersifat karsinogen
dan mutagen dengan structural alert antron, xanthone, thioxanthone or
acridone, diazo aromatik, amin aromatik, nitro aromatik, hidrazin, polycyclic
aromatic hidrocarbons, dan quinone, 29 senyawa bersifat karsinogen dengan
structural alert logam, eter benzensulfonat, imidazol atau benzimidazol dan
benzena terhalogenasi, dan 24 senyawa bersifat skin sensitizer dengan
structural alert amida, keton, karbonil aromatik, 1,2-dikarbonil, 1,3-dikarbonil,
pirazolon dan pirazolidinon, senyawa ?,?-carbonyl dengan ikatan rangkap
terpolarisasi dan Quinone methide(s)/imines, Quinoide oxime structure,
Nitroquinones, Naphthoquinone(s)/imines. Metode in silico dapat digunakan
untuk memprediksi karsinogenisitas, mutagenisitas dan sensitisasi kulit dari
bahan pewarna kosmetika dan dapat dijadikan sebagai metode pendukung
untuk evaluasi keamanan bahan pewarna kosmetika.
Perpustakaan Digital ITB