digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penuaan kulit merupakan proses biologis kompleks yang melibatkan perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia pada lapisan epidermis dan dermis. Salah satu jalur molekuler kunci dalam proses ini adalah stres oksidatif yang memicu aktivasi berbagai enzim destruktif, seperti matriks metalloproteinase (MMP) dan neutrofil elastase. Kedua enzim ini mengakibatkan degradasi komponen struktural kulit, seperti kolagen dan elastin. Secara fisiologis, penuaan kulit tidak hanya menurunkan tampilan estetika, tetapi juga menurunkan fungsi protektif kulit, memperlambat penyembuhan luka, serta meningkatkan risiko inflamasi kronis dan mutasi genetik akibat akumulasi kerusakan DNA. Dalam jangka panjang, kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit, seperti karsinoma sel basal, khususnya pada kulit yang sering terpapar sinar UV. Kondisi ini mendorong meningkatnya permintaan terhadap produk-produk anti-aging yang didukung oleh meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan kulit dan kualitas hidup sehingga industri kosmetik anti-aging terus mengalami pertumbuhan pesat. Untuk penggunaan jangka panjang, formulasi produk anti-aging perlu menggunakan bahan aktif yang tidak hanya efektif secara biologis, tetapi juga memiliki profil keamanan yang baik. Oleh karena itu, evaluasi terhadap aktivitas molekuler dan potensi toksisitas menjadi langkah krusial dalam proses pengembangan awal bahan aktif anti-aging yang aman dan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi aktivitas anti-aging dari senyawa kosmetik non-anti-aging melalui pendekatan in silico berbasis molecular docking terhadap enzim-enzim penuaan kulit, yaitu MMP-1, MMP-3, MMP-9, MMP-12, dan neutrofil elastase, serta dilanjutkan dengan prediksi toksisitas menggunakan model QSAR terhadap empat endpoint utama, yaitu karsinogenisitas, mutagenisitas, iritasi kulit, dan sensitisasi kulit. Hasil docking menunjukkan bahwa lima senyawa, yaitu alpha arbutin, symwhite 377, panthenol, niacinamide, dan tranexamic acid, memiliki afinitas pengikatan tinggi dan interaksi stabil terhadap ?3 dari 5 enzim target serta melibatkan residu-residu kunci dalam pocket aktif. Analisis toksisitas menunjukkan bahwa tidak terdapat risiko mutagenik maupun karsinogenik pada lima senyawa unggulan, meskipun alpha arbutin dan symwhite 377 berpotensi menyebabkan sensitisasi kulit secara prediktif. Selain itu, analisis log?P dan log?Kp mengindikasikan bahwa mayoritas senyawa (kecuali symwhite 377) memiliki sifat hidrofilik dan permeabilitas kulit yang rendah yang sesuai untuk formulasi topikal dengan risiko sistemik minimal. Namun, untuk mencapai target molekuler di lapisan dermis, penyesuaian formulasi (seperti penggunaan enhancer atau carrier) mungkin diperlukan untuk mengoptimalkan penetrasi. Secara keseluruhan, pendekatan in silico ini berhasil mengidentifikasi lima senyawa kosmetik non-anti-aging yang potensial dikembangkan sebagai kandidat aktif anti-aging yang efektif dan relatif aman.