PM2,5 merupakan jenis polutan yang berbahaya bagi kesehatan manusia, khususnya bagi sistem pernafasan manusia. Di Indonesia, jumlah kematian akibat polutan jenis ini mencapai 80,650 jiwa pada tahun 2016 dan merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun 2015, jumlah kematian dini akibat PM2,5 di Indonesia mencapai 1.081 jiwa.
Penggunaan filter udara merupakan salah satu upaya pencegahan dari dampak PM2,5. Penggunaan serat alam perlahan menggantikan penggunaan serat sintetis sebagai bahan baku pembuatan media filter. Serat alam dan serat sintetis memiliki karakteristik yang berbeda seperti penurunan tekanan dan efisiensi penyaringan.
Berdasarkan standar ASHRAE 52.2 untuk pengujian efisiensi penyaringan pada media filter, karakteristik penurunan tekanan dapat diperoleh dengan memvariasikan laju aliran fluida yang melewati media filter. Semakin tinggi efisiensi penyaringan maka semakin tinggi penurunan tekanan yang terjadi. Secara umum, serat alami memiliki ukuran serat yang lebih kecil. Ukuran serat yang lebih kecil memengaruhi peningkatan efisiensi penyaringan pada media filter.
Karakteristik penurunan tekanan ditentukan berdasarkan resistansi viskos dan resistansi inersia dari media filter. Berdasarkan hasil uji SEM, filter yang terbuat dari serat alam Rami (Boehmeria nivea) memiliki nilai resistansi viskos yang lebih tinggi daripada filter MERV 8 yang terbuat dari serat sintetis. Hasil simulasi CFD menunjukan bahwa filter yang terbuat dari serat Rami memiliki efisiensi penyaringan PM2,5 sebesar 65,26%
Perpustakaan Digital ITB