digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

Laporan TA
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

Partikulat halus dengan ukuran kurang dari 2,5 ?m (PM2.5) merupakan parameter penting dalam studi kesehatan lingkungan karena berkaitan erat dengan risiko gangguan kesehatan pernapasan dan kardiovaskular. Kota Bandung sebagai kota dengan kepadatan penduduk tinggi menghadapi keterbatasan fasilitas pemantauan kualitas udara. Penggunaan pemantauan bergerak berbasis sensor berbiaya rendah dapat menjadi solusi alternatif dalam menekan biaya stasiun pemantauan dan memungkinkan pemantuan spasial beresolusi tinggi. Pemantauan PM2.5 dilakukan di enam kecamatan prioritas dengan metode pemantauan bergerak. Data hasil pengukuran diproses menggunakan kisi 200 × 200 m untuk mengidentifikasi zona pencemaran tinggi, Analisis korelasi dengan faktor meteorologi dilakukan menggunakan uji Spearman, sedangkan dosis inhalasi diestimasi dengan berat badan dan laju inhalasi masing-masing kelompok usia. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi PM2.5 cenderung meningkat pada pagi (06.00–08.00) dan malam (19.00–21.00), dengan nilai puncak mencapai 53,0 ?g/m³. Zona pencemaran tinggi teridentifikasi di Kecamatan Cicendo dan Bandung Kulon, khususnya pada ruas Jalan Cigondewah Kaler, Jalan Raya Cijerah, Jalan Jenderal Haji Amir Machmud, dan Jalan Garuda. Penurunan temperatur udara pada malam hari berkontribusi terhadap peningkatan konsentrasi PM2.5. Estimasi dosis inhalasi tertinggi ditemukan di Kecamatan Regol, sebesar 2,15 µg/kg/hari pada bayi dengan usia 0-5 bulan. Paparan tertinggi terjadi pada pagi dan malam hari, dengan bayi dan anak-anak sebagai kelompok usia paling rentan.