digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Otniel Binsar Triagung
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Otniel Binsar Triagung
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Otniel Binsar Triagung
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Otniel Binsar Triagung
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Otniel Binsar Triagung
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Otniel Binsar Triagung
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Otniel Binsar Triagung
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Otniel Binsar Triagung
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Otniel Binsar Triagung
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

Hutan bambu berkontribusi penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan karbondioksida dan penyimpanan dalam bentuk biomassa, baik di atas permukaan (aboveground biomass) maupun di bawah permukaan (belowground biomass). Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode pendugaan belowground biomass bambu Gigantochloa apus melalui perumusan persamaan allometrik dan penentuan nilai root to shoot ratio. Penelitian dilakukan secara destruktif terhadap sembilan sampel rumpun bambu, di mana seluruh batang pada setiap rumpun ditebang dan diukur diameternya setinggi dada (diameter at breast height/DBH)- nya, kemudian dilakukan pembongkaran akar dan penimbangan berat basahnya. Dari setiap rumpun diambil lima sampel akar masing-masing seberat 1 kg (total 45 sampel), yang kemudian dikeringkan dalam oven dan ditimbang berat keringnya. Persamaan allometrik dikembangkan menggunakan regresi dengan luas bidang dasar (LBDS) sebagai variabel penduga dan berat kering akar sebagai variabel respon, dengan lima jenis model yang diuji yaitu linear, polinomial, power, logaritmik, dan eksponensial. Pemilihan model terbaik didasarkan pada nilai koefisien determinasi (R²) dan standard error (SE), di mana model polinomial Y= 0.1392X+1.03*10-4 X2 memberikan hasil terbaik dengan R² sebesar 0,983 dan SE sebesar 5,7. Nilai root to shoot ratio diperoleh dari perbandingan antara root biomass dan aboveground biomass (dihitung dari model lain berdasarkan data DBH), dengan rata-rata sebesar 0,62, yang menunjukkan bahwa sebagian besar biomassa bambu ini tersimpan di atas permukaan, sesuai dengan temuan pada spesies bambu lainnya. Hasil penelitian ini mempermudah pendugaan belowground biomass Gigantochloa apus dan berpotensi untuk diaplikasikan secara lebih luas, namun penelitian lanjutan tetap dibutuhkan untuk pengembangan model pada jenis bambu lainnya, terutama yang tersebar luas di Indonesia.