digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Reynaldo Christofer
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Ruang terbuka hijau merupakan salah satu aspek yang penting untuk dihadirkan dalam kehidupan perkotaan. Kontribusi dari keberadaan ruang terbuka hijau tidak hanya berkaitan dengan kondisi fisik kota, melainkan kehidupan masyarakat di dalamnya. Manfaat yang dihasilkan juga sangat beragam, mulai dari unsur ekologi hingga kesehatan masyarakat pada lokasi tersebut. Perencanaan dan pengelolaan ruang terbuka hijau yang baik, dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam berbagai aspek. Namun, seringkali luas ruang terbuka hijau perkotaan tidak memenuhi standar yang diharapkan. Perencanaan kondisi ideal dari sebuah perkotaan dalam hal ruang terbuka hijau, terkadang terabaikan oleh kepentingan individu pemilik lahan. Kasus tersebut terjadi di Kota Bandung, dengan luas ruang terbuka hijau hanya mencapai 10,2% dari 30% luas kota. Area ruang terbuka hijau seringkali dikesampingkan, mengutamakan nilai ekonomi lahan sebagai orientasi utama pemanfaatan lahan. Tentunya fenomena ini harus menjadi perhatian berbagai pemangku kepentingan pada Kota Bandung. Kurangnya ruang terbuka hijau akan memiliki dampak yang buruk bagi kualitas lingkungan kota, seperti kurangnya daerah resapan air, kualitas udara menurun, dsb. Dalam mendorong bertambahnya luas ruang terbuka hijau Kota Bandung, sesuai dengan kepemilikan lahan dalam aspek ekonomi, serta manfaat dari ruang terbuka hijau, maka dibutuhkan suatu fasilitas yang mampu mewadahi kebutuhan ruang terbuka hijau, ekonomi, kesehatan, dsb dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Perancangan shopping precinct bertemakan ruang terbuka hijau, ditujukan untuk menjawab persoalan jumlah ruang terbuka hijau, beriringan dengan aspek ekonomi dan kesehatan masyarakat (lingkungan, walkability, dsb). Keberadaan fungsi tersebut diorientasikan pada jumlah partisipasi masyarakat di dalamnya, agar ruang terbuka hijau dapat berdampak lebih menyeluruh kepada pengguna.