digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Kelelahan dan kantuk menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan dalam berbagai sektor transportasi. Hal ini tidak terlepas pada sektor transportasi kereta api, karakteristik pekerjaan mengemudikan kereta api yang monoton tetapi berisiko tinggi menuntut kewaspadaan yang tinggi selama mengemudi. Data yang diterbitkan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat 80% kecelakaan kereta api yang disebabkan oleh kesalahan manusia dan 45%-nya melibatkan kelelahan masinis. Kelelahan ini umum terjadi pada sistem kerja shift yang membatasi durasi tidur masinis. Saat ini, evaluasi kewaspadaan dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan dan wawancara, tetapi metode tersebut belum cukup akurat. Oleh karena itu, diperlukan uji kewaspadaan yang valid, akurat, dan sensitif. Psychomotor Vigilance Task (PVT) diakui sebagai standar emas (gold standard) dalam mengukur kewaspadaan melalui kecepatan reaksi. Akan tetapi, hingga kini belum ada penelitian yang mengevaluasi performa PVT dalam konteks pekerjaan masinis serta menetapkan nilai pisah batasnya (cut-off) sebagai acuan. Penelitian ini akan menggunakan PVT sebagai alat ukur objektif dan kuesioner Karolinska Sleepiness Scale (KSS) sebagai alat ukur subjektif kelelahan untuk menjawab rumusan masalah penelitian, yaitu menentukan pengaruh beban kerja mengemudikan simulasi kereta api selama satu jam terhadap kecepatan reaksi, pengaruh kondisi terjaga selama 24 jam terhadap kecepatan reaksi, dan menentukan nilai pisah batas untuk pengembangan aplikasi Teknologi Deteksi Kelelahan. Analisis menggunakan beberapa metode statistika, seperti uji Saphiro-Wilk, uji Wilcoxon Signed-Rank, uji Korelasi Spearman, uji Regresi Logistik Biner, dan Receiver Operating Characteristic (ROC). Hasil analisis menunjukkan bahwa pembebanan kerja mengemudikan simulator kereta api secara monoton berpengaruh terhadap penurunan kecepatan reaksi. Begitu juga dengan kondisi terjaga selama 24 jam dapat memperlambat kecepatan reaksi karena efek kelelahan atau kantuk. Hasil pengukuran PVT yang dapat dijadikan acuan evaluasi kewaspadaan adalah medianRT dengan nilai cut off 241 ms yang selanjutnya akan digunakan untuk input pengembangan Aplikasi Deteksi Kelelahan. Aplikasi ini diharapkan dapat mengukut fitness for duty bagi masinis sebelum bertugas dan dapat berkontribusi untuk meningkatkan keselamatan transportasi kereta api.