Mengantuk saat mengemudi merupakan penyebab utama kecelakaan lalu lintas,
khususnya di negara dengan penggunaan sepeda motor yang tinggi seperti
Indonesia. Sistem deteksi yang ada umumnya bersifat intrusif atau mahal sehingga
kurang sesuai untuk penggunaan sehari-hari. Penelitian ini mengusulkan sistem
deteksi kantuk yang bersifat non-intrusif dan berbiaya rendah menggunakan
perangkat wearable komersial, dengan menggabungkan data multimodal dari
photoplethysmography (PPG), electrodermal activity (EDA), dan sinyal
akselerometer.
Kebaruan utama penelitian ini adalah modul deteksi menguap yang kompatibel
dengan perangkat wearable, yang menganalisis perubahan oksigenasi darah
berbasis PPG melalui teknik dual-wavelength ratio-of-ratios dengan kalibrasi
spesifik subjek. Skor kemungkinan menguap ini diintegrasikan dengan fitur
fisiologis (heart rate variability dan skin conductance) dalam suatu pipeline
klasifikasi terpadu, didukung oleh preprocessing untuk reduksi artefak gerakan.
Evaluasi dilakukan pada dataset simulator mengemudi dengan 25 partisipan dan
label Karolinska Sleepiness Scale. Hasil menunjukkan bahwa deteksi menguap
mencapai akurasi 93,5%, recall 90,2%, dan skor F1 82,1%. Integrasi modul
menguap ke dalam kerangka multimodal meningkatkan performa sistem menjadi
84,5% akurasi dan 98,7% recall pada data partisipan berkualitas tinggi, melampaui
pendekatan wearable konvensional.
Temuan ini menegaskan kelayakan penggabungan sinyal perilaku dan fisiologis
dalam platform berbasis gelang tangan berbiaya rendah untuk pemantauan kantuk
yang praktis di dunia nyata.
Perpustakaan Digital ITB